Monday, August 16, 2010

Saat bayi berumur 1 bulan


Ia akan melakukan gerakan-gerakan yang merupakan refleks, seperti membuka mulut, mencari puting susu, menghisap, dan menelan. Jika pipinya disentuh, maka ia akan menggerakkan kepalanya ke arah yang sama. Ia sudah dapat tersenyum. Matanya diarahkan ke arah tertentu seperti tembok atau jendela, karena belum dapat melihat benda-benda yang terletak jauh dengan jelas. Ia sering kali memasukkan tinju dan jarinya ke dalam mulut. Ia memegang jari yang disodorkan pada telapak tangannya. Ia akan menangis jika merasa lapar. Jika ditidurkan dalam keadaan tengkurap, ia akan menggerakan kepalanya ke sisi. Tidur secara terus menerus, dan hanya bangun untuk disusui atau mendapat botol untuk dihisap.


Saat bayi berumur 2 bulan

Ia sudah bisa miring ke kanan dan ke kiri. Ia sudah dapat membedakan muka dan suara. Dengan matanya, ia dapat mengikuti gerakan benda yang terletak di dekat matanya. Ia dapat memegang benda yang diberikan selama beberapa detik, dan melepaskannya kembali. Ia dapat meminta perhatian dengan menggerakkan lengan dan kakinya. Dan ia akan menghisap setiap benda yang dipegangnya.


Saat bayi berumur 3 bulan

Ia dapat mengangkat kepala dan tubuhnya jika diletakkan dalam posisi tengkurap. Memegang mainan dengan kedua tangannya. Ia melihat kesana-kemari, dan ia akan mencoba mencari suara atau musik jika mendengarnya. Ia dapat duduk dalam beberapa waktu jika ditunjang. Ia menegakkan kepalanya ketika didudukkan, dan menangis jika ditinggal.


Saat bayi berumur 4 bulan

Ia sudah dapat memegang benda yang diletakkan di tangannya. Ia dapat menggeser tubuhnya untuk mencapai dan memegang benda. Memasukkan benda dalam mulutnya. Jika diangkat dalam posisi berdiri akan menginjak dengan kedua kakinya. Ia mulai mengoceh, dan tertawa. Senang main dengan mainan yang ada.


Saat bayi berumur 5 bulan

Ia akan berhenti menangis jika mendengar suara ibunya, menangis jika mainannya diambil. Dapat memindahkan benda dari tangan yang satu ke tangan lainnya. Ia meniru gerakan orang lain yang dilihatnya. Membawa kakinya ke mulut dan menghisap jari kakinya. Senyum dan ngoceh untuk mendapat perhatian. Ia dapat tertawa di hadapan cermin.


Saat bayi berumur 6 bulan

Berbalik dari posisi telentang menjadi posisi tengkupan, atau sebaliknya. Bila didudukkan sapat duduk sendiri tanpa ditunjang. Ia suka menjatuhkan mainan yang diberikan, dan meminta untuk diambilkan kembali. Ia senang bermain dengan kakak-kakaknya. Senang jika didirikan, serta suda mulai banyak mengeluarkan suara.


Saat bayi berumur 7 bulan

Dapat mengangkat badannya dengan tangan dan lutut. Menggeser badannya ke belakang (mundur) atau ke depan (maju). Membawa mainan yang ia sukai terus menerus dan marah jika mainannya diambil. Mencoba untuk berdiri, suka membuat suara dengan mengetuk atau mengocok benda yang ada dalam genggamannya. Menarik-narik rambut dan telinganya, bermain dengan kakinya.


Saat bayi berumur 8 bulan

Ia sudah dapat merangkak, duduk tanpa bantuan, mengangkat badan dengan bantuan box, atau kursi hingga dalam posisi berdiri. Memegang botol dan minum sendiri. Mendorong benda yang tidak ia sukai. Mengambil benda-benda kecil, berteriak memanggil orang lain.


Saat bayi berumur 9 tahun

Ia dapat berdiri untuk sementara saat tangannya dipegangi. Dapat duduk sendiri dan berputar-putar. Memasukkan jari-jarinya ke dalam lubang. Mengerti satu dua kata dan bereaksi jika diperintah.


Saat bayi berumur 10 bulan

Ia sudah dapat duduk sendiri tanpa bantuan. Merangkak dengan baik, naik di kursi atau tangga rumah, berjalan dengan bantuan, mengangkat kakinya jika Anda sedang memakaikannya celana. Meniru suara terbatuk-batuk. Mengatakan ”papa”, ”mama”, senang bermain dengan mainan tertentu, memegang kue dan memakannya. Mengerti yang diperintahkan dan melakukannya, mulai takut terhadap orang yang tidak dikenal.


Saat bayi berumur 11 bulan

Berdiri lama tanpa bantuan. Berjalan jika dipegangi satu atau dua tangannya. Mengubah posisi berdiri menjadi duduk tanpa bantuan. Dapat memegang benda-benda kecil dengan ibu jari dan telunjuknya. Ia dapat menelanbeberapa kali secara berturut-turut jika diberikan minum melalui cangkir. Menggunakan kedua tangannya secara bersama-sama untuk melakukan fungsi yang berbeda, seperti mengambil benda dari tangan kanannya dan mengangkat badan dengan tangan kirinya. Takut bila didekati orang yang tidak dikenal, akan tetapi senang dengan anak lain. Mengerti lebih banyak kata yang diucapkan.


Saat bayi berumur 12 bulan

Banyak berjalan meski langkahnya belum stabil, banyak merangkak, banyak bermain dengan mainan yang ia senangi, senang membuka pakaiannya, merasa takut pada orang yang tidak ia kenal dan keadaan yang tidak biasa. Memegang pensil dan kapur untuk membuat coret-coretan. Untuk mengambil mainan, menghisap jempol dan memasukkan makanan dalam mulutnya lebih sering menggunakan tangan tertentu (kanan atau kiri). Menolak jika ditidurkan, dapat berbicara 2 hingga 3 kata.

info-sehat.com
ERTI "MERDEKA"




Marilah kita sama-sama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dan bersyukur kepadanya kerana limpahan rahmatNya dengan mengurniakan kepada kita nikmat Kemerdekaan yang tiada taranya berbanding sebahagian negara umat Islam yang masih tunduk kepada kuasa barat dan timur. Walaupun negara mereka merdeka pada zahirnya tetapi hakikatnya mereka belum bebas dari cengkaman penjajah moden dari kalangan musuh Islam.

Justeru kita bersyukur kehadhrat Allah SWT kerana dapat menikmati Kemerdekaan dan boleh melayari bahtera kehidupan dengan penuh kesejahteraan dan keharmonian. Mudah-mudahan dengan di tambah ketaqwaan kita kepada Allah SWT menjunjung segala suruhanNya dan menjauhi segala laranganNya, hakikat kemerdekaan akan benar-benar kita hayati serta kecapi dengan ertikata yang sebenarnya.

Firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 152:

"Oleh itu ingatlah kamu kepadaKu (dengan mematuhi hukum dan undang-undangKu), supaya aku membalas kamu dengan kebaikan, dan bersyukurlah kamu kepadaKu dan janganlah kamu kufur (akan nikmatKu)"

Bersempena dengan Kemerdekaan negara kita selama 53 tahun, Janganlah kita menjadi umpama ungkapan "Menang Sorak Kampung Tergadai" tetapi inilah hakikatnya, kita menyaksikan ada sebahagian penduduk negara ini, terutamanya generasi muda yang masih belum memenuhi pengertian kemerdekaan atau kebebasan menurut Islam.

Kemerdekaan menurut pandangan Islam ialah apabila seseorang bangsa atau umat merdeka daripada segala bentuk penjajahan undang-undang ciptaan manusia kepada pengabdian diri hanya kepada Allah, bebas daripada kezaliman kepada keadilan dan bebas dari kejahilan kepada berilmu baik lahiriah ataupun zahiria. Rub'I bin A'mir pernah menjelaskan ketika bertemu panglima tentera rom yang bernama Rustum tentang hakikat Kemerdekaan dengan katanya yang bermaksud :

"Allah mengutuskan kami (orang-orang Islam) untuk kami merdekakan manusia daripada mengabdikan diri sesama manusia kepada mengabdikan diri kepada Allah, daripada kezaliman agama-agama kepada keadilan Islam dan daripada kesempitan dunia kepada keluasan dunia dan akhirat".

Merdeka bukan bermaksud bebas dan tidak terikat dengan sebarang peraturan dan boleh melakukan apa saja yang disukai. Merdeka bukan semata-mata bebas secara fizikal daripada belenggu penjajahan, tetapi konsep merdeka yang sebenar mengikut pandangan Islam ialah membebaskan diri daripada semua bentuk penjajahan yang bercanggah dengan ajaran Islam, samada dalam bentuk pemikiran rohani dan jasmani mahupun budaya dan citarasa, perasaan dan emosi seseorang insan itu.

Sehingga hari ini, kita melihat minda terjajah masih mengongkong dan berkarat dalam pemikiran anak muda dan masyarakat sekarang. Tidak sayukah hati kita apabila melihat anak muda berpeluk dan bercium dikhalayak ramai, berpeleseran tanpa batasan, pergaulan bebas sehingga terjebak dengan seks bebas dan dadah, terlibat dengan gangstar, penyelewengan aqidah dan sebagainya.

Kefahaman tentang kemerdekaan sememangnya amat berbeza antara generasi dulu yang memperjuangkan kemerdekaan dengan air mata dan darah berbanding generasi hari ini. Hal ini kerana bagi generasi terdahulu, kemerdekaan adalah sesuatu yang tidak ternilai harganya, manakala bagi golongan muda di zaman ini, 31 Ogos hanya sekadar cuti umum, berseronok, bakar bunga api, berhibur, berkelah dan bersantai.

Sepatutnya, umat yang merdeka dapat berfikir dengan matang apakah yang terbaik dilakukan untuk dirinya, bangsa dan kepentingan umat keseluruhannya serta negaranya tanpa khawatir dan bimbang terhadap sebarang halangan yang menghalangnya. Sepatutnya kita mempunyai pemikiran apakah yang kita telah sumbangkan untuk negara, bukan mengharap apa yang negara dapat sumbangkan untuk kita. Sebab itulah sekiranya fahaman dan mentaliti kita belum berganjak sampai bilakah kita boleh dikatakan sebagai seorang manusia yang benar-benar merdeka?

Sebagai bangsa Malaysia yang merdeka, jiwa kita, diri kita, keluarga dan masyarakat kita perlu bebas daripada mengagungkan pemikiran penjajah, bebas daripada amalan penjajah dan bebas daripada idealisme dan undang-undang penjajah.

Kemerdekaan dalam ertikata lain akan dapat dinikmati sepenuhnya jika kita mampu menjadikan negara yang tercinta ini mencapai tahap tamadun yang tinggi berasaskan perinsip keadilan dan pegangan agama, perpaduan, mempunyai keperibadian dan akhlak yang kukuh dan menunaikan kewajipan bernegara, serta mampu menjauhi diri daripada melakukan perkara-perkara negatif yang dipelopori oleh penjajah barat atas nama kebebasan dan hak individu. Pengaruh pemikiran bebas atau Liberal yang didatangkan oleh barat, jika dibawa kedalam masyarakat dan menjadi amalan di negara ini, pasti akan membawa kepada kehancuran masyarakat dan kehancuran negara.

Ada juga manusia, bangsa atau umat meskipun lahirnya mereka sudah mencapai kemerdekaan selama puluhan tahun, tetapi jiwa mereka dijajah oleh nafsu jahat. Yang menjadi tuhan mereka membawa hanya nafsu dan apa yang dilakukan oleh mereka membawa bencana kepada seluruh umat manusia. Ini selaras dengan firman Allah dalam surah Al-Jaatsiah ayat 23:

"Adakah engkau lihat hawa orang yang mengambil hawa nafsunya menjadi tuhannya dan Allah menyesatkan dia kerana mengetahui (kejahatan hatinya) dan menutup pendengaran dan mat ahatinya serta mengadakan penutupan terhadap pendengarannya. Maka siapakah yang akan menunjukinya sesudah Allah, tidakkah kamu menerima peringatan?"

Golongan penjajah pada masa kini tidak lagi datang menaiki kapal dan menggunakan senjata seperti masa dulu, sebaliknya berupaya menjajah umat islam menerusi alat komunikasi canggih serta menggunakan kuasa kewangan dan media. Dengan danya zaman globalisasi dan dunia tanpa sempadan, ia menjadi semakin mudah untuk mereka melebarkan pengaruh dan mengawal aspek politik, ekonomi dan system social milik kita. Sesetengah Negara masih bergantung kepada Negara yang masih menjajah mereka dalam banyak sector seperti perdagangan, pendidikan dan ketenteraan. Malah, perkara terburuk ialah penjajahan pemikiran masih berlaku masih berlaku dikalangan masyarakat Negara itu.

Pemikiran anti islam yang merosakkan umat islam ini sebenarnya adalah hasil daripada usaha dan agenda musuh-musuh islam, terutama golongan yahudi dan nasrani. Sebagai umat islam yang beriman kepada Allah, kita hendaklah berhati-hati dengan idea dan pandangan yang dikemukakan oleh mereka.

Firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 120:

"Orang-orang yahudi dan nasrani tidak sekali-kali akan bersetuju atau suka kepadamu wahai Muhammad, sehingga engkau menurut agama mereka yang telah terpesong itu. Katakanlah kepada mereka: "Sesungguhnya petunjuk Allah, agama islam itulah petunjuk yang benar. Dan demi sesungguhnya jika engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka sesudah datangnya wahyu yang memberi pengetahuan kepadamu tentang kebenaran, maka tiadalah engkau akan memperoleh dari Allah sesuatu pun yang dapat mengawal dan memberi pertolongan kepadamu".

Kejayaan sesebuah Negara yang merdeka tidak hanya dilihat dari segi pembangunan luaran seperti bangunan yang besar, tinggi dan moden, di samping kemudahan-kemudahan lain yang disediakan. Namun yang lebih utama dalam pembangunan sesebuah Negara ialah aspek pembangunan modal insan yang berteraskan ajaran islam.

Tidak bermakna mendiami sebuah Negara merdeka, sedangkan rakyatnya masih belum merdeka jiwanya dan amalan sehariannya. Apalah erti kemerdekaan yang dikecapi oleh kita, jika masyarakat yang tidak patuh kepad aperaturan-peraturan agama dan Negara. Kemerdekaan Negara yang telah diperolehi selama ini amat merugikan jika wujud berbagai-bagai penyakit social dalam masyarakat yang akhirnya membawa kerosakan dan huru-hara. Jika ini berlaku, maka perjuangan kemerdekaan yang dilakukan oleh wira-wira kemerdekaan Negara kita sebelum ini adalh menjadi sia-sia belaka.

Justeru, umat islam perlu terus berusaha untuk membebaskan diri dan jiwa merek adaripada kejahilan, kemiskinan dan rasa rendah diri daripada bangsa-bangsa lain. Kemerdekaan yang sebenar akan menjadikan umat islam sebagai umat yang mampu berdikari, berilmu pengetahuan, berkeyakinan tinggi, mempunyai jati diri yang kuat dan bebas daripada pengaruh penjajahan.Janganlah kita mensia-siakan nikmat ini dengan melakukan perkara-perkara yang tidak memberi untung kepada kita. Marilah kita mengisi kemerdekaan secara dengan melaksanakan perkara-perkara yang berfaedah dan berguna bagi membangun agama, bangsa dan Negara berlandaskan ajaran Islam. Hujjatul islam imam Al-Ghazali rahimahullah telah menetapkan tiga perkara bagi mensyukuri nikmat yang Allah SWT berikan iaitu:

1. Hendaklah memperakukan bahawa nikmat itu datangnya hanya daripada Allah walaupun pada zahirnya ia datang melalui sebab-sebab dan sumber-sumber tertentu.

2. Tidak mensia-siakan nikmat tersebut disamping menghargai pihak yang mengusahakannya

3. Hendaklah menggunakan nikmat tersebut dengan jalan yang diredhai oleh Allah SWT.

"Dan ingatlah ketika tuhan kamu memberitahu: "Demi sesungguhnya!, jika kamu bersyukur nescaya aku akan tambahi nikmatku kepada kamu dan demi sesungguhnya, jika kamu kufur ingkar, sesungguhnya azabku amatlah keras".

(Ibrahim ayat 7)
Kekalkan ekuiti 30%


Oleh MOHAMAD SHOFI MAT ISA

pengarang@utusan.com.my

KUALA LUMPUR 15 Ogos - Pertubuhan Pribumi Perkasa Malaysia (Perkasa) menggesa kerajaan mengekalkan hak ekuiti 30 peratus penyertaan bumiputera dalam semua sektor ekonomi negara.

Presidennya, Datuk Ibrahim Ali berkata, kerajaan tidak perlu tunduk dengan tuntutan Kongres Ekonomi Cina Malaysia yang mahu ekuiti bumiputera itu dikurangkan secara berperingkat-peringkat.

Sebaliknya kata beliau, kerajaan mesti terus kekal dengan keputusan pemilikan ekuiti tersebut seperti yang digariskan dalam Rancangan Malaysia Ke-10 (RMK-10) dan Model Baru Ekonomi (MBE).

"Perkasa mengecam dan mengutuk sekeras-kerasnya tuntutan Kongres Ekonomi Cina Malaysia supaya kerajaan mengurangkan ekuiti pemilikan 30 peratus kaum bumiputera dalam semua sektor ekonomi secara berperingkat-peringkat.

"Tindakan ini bukan sahaja melampau malah mereka tidak berterima kasih kepada bumiputera yang selama ini telah banyak bertolak-ansur.

"Pemilikan ekuiti 30 peratus untuk bumiputera itu mewakili keseluruhan 67 peratus majoriti kaum bumiputera di negara ini dan ia tidak seharusnya dipersoalkan," katanya pada sidang akhbar di Kelab Sultan Sulaiman di sini hari ini.

Kongres itu juga mahu kerajaan mengamalkan sistem tender terbuka dalam penawaran kontrak kerajaan agar persaingan adil dan tidak berat sebelah dalam bidang perniagaan tempatan dapat dicapai.

Tuntutan itu adalah antara 12 deklarasi yang terkandung dan diluluskan pada kongres yang dirasmikan oleh Perdana Menteri, Datuk Seri Najib Tun Razak, semalam.

Mengulas lanjut, Ibrahim berkata, sekiranya kerajaan meneruskan tuntutan Kongres Ekonomi Cina Malaysia itu maka kepentingan kaum bumiputera yang digariskan dalam RMK-10 dan MBE hanyalah retorik semata-mata.

Ekoran itu juga katanya, Perkasa dan sekretariat Majlis Perundingan Melayu (MPM) akan mengadakan sidang meja bulat tergempar bagi membincangkan secara terperinci mengenai isu berkenaan.

"Kita akan mengadakan persidangan meja bulat ini pada 29 Ogos bagi membincangkan agenda ekonomi bumiputera dan 12 perkara yang diluluskan oleh Kongres Ekonomi Cina Malaysia itu," katanya.
Pemuda selar MCA berhubung kuota bumiputera

 Utusam Malaysia Online


KUALA LUMPUR 15 Ogos - Pergerakan Pemuda UMNO menyelar pendirian MCA yang mahu kerajaan mengkaji semula pemberian kuota kepada kaum Melayu dan bumiputera dalam menjayakan matlamat Model Baru Ekonomi (MBE).

Ketua Penerangan Pemuda UMNO, Datuk Seri Reezal Merican Naina Merican berkata, permintaan MCA itu tidak selari dengan kemahuan dan usaha parti-parti komponen dalam kerajaan Barisan Nasional (BN).

Katanya, MCA yang menjadi sebahagian daripada BN tidak seharusnya mengambil kesempatan untuk muncul seperti sebuah kumpulan cauvinis Cina berhubung perkara itu seperti amalan politik pembangkang selama ini.

"Sebagai sebuah parti komponen, MCA perlu terlebih dahulu membenarkan niat MBE dijayakan sepenuhnya oleh Perdana Menteri, Datuk Seri Najib Tun Razak dan kerajaan.

"Sikap MCA yang gemar mengemukakan 'tekanan' sebelum pelaksanaan sesuatu dasar tidak menggambarkan kematangan parti itu sebagai sebuah parti komponen kerajaan," katanya dalam satu kenyataan hari ini.

Semalam, Presiden MCA, Datuk Seri Dr. Chua Soi Lek berkata, kerajaan perlu mementingkan keupayaan merit dan bukannya kuota dalam memastikan perkongsian tulen antara bumiputera dan bukan bumiputera mencapai matlamatnya.

"Ia lebih baik kerana banyak kes terutama kontraktor Kelas F yang semuanya adalah bumiputera apabila mendapat projek akan 'mengalibabakan' kepada pihak lain.

"Lebih baik berikan kepada mereka yang lebih layak berdasarkan rekod dan prestasi (tanpa mengira kaum)," katanya.

Reezal menambah, Soi Lek tidak sepatutnya membangkitkan mengenai peluang kontraktor bumiputera Kelas F kerana hampir kesemua rantaian pembekal bahan binaan di negara ini dimiliki sepenuhnya oleh para pengusaha Cina.

"MCA perlu menerima hakikat bahawa senario ekonomi sedia ada masih banyak memberikan kelebihan kepada pemain ekonomi Cina. Itu hakikatnya," tegas Reezal.

Sunday, August 15, 2010

Guna merit bukan kuota – MCA


Oleh TARMIZI ABDUL RAHIM
pengarang@utusan.com.my

KUALA LUMPUR 14 Ogos – MCA meminta kerajaan mementingkan keupayaan merit dan bukannya kuota dalam memastikan perkongsian tulen antara bumiputera dan bukan bumiputera mencapai matlamatnya.

Ini kerana, jelas Presidennya, Datuk Seri Dr. Chua Soi Lek, dalam perniagaan di kebanyakan sektor seperti pembinaan, peniaga bumiputera lebih banyak mendapat kelebihan berbanding bukan bumiputera.

Katanya, perkembangan itu tidak sihat dan memerlukan perhatian serius daripada kerajaan kerana jika ia berterusan, peniaga bumiputera tidak akan mampu disaingi oleh pihak lain yang lebih layak.

“Gunakanlah pendekatan berdasarkan kepada merit atau marginal preference dengan memberi peluang sama rata kepada semua pihak untuk bersaing secara sihat dan adil.

“Ia lebih baik kerana banyak kes terutama kontraktor kelas F yang semuanya adalah bumiputera apabila mendapat projek akan ‘mengalibabakan’ kepada pihak lain. Lebih baik berikan kepada mereka yang lebih layak berdasarkan rekod dan prestasi (tanpa mengira kaum),” katanya.

Beliau berkata demikian selepas perasmian Kongres Ekonomi Cina bertajuk Peranan Masyarakat Cina Mencapai Sasaran Model Baru Ekonomi (MBE) dan Rancangan Malaysia Kesepuluh (RMK-10) di sebuah hotel di sini hari ini.

Majlis itu disempurnakan oleh Perdana Menteri, Datuk Seri Najib Tun Razak. Hadir sama beberapa pimpinan tertinggi parti-parti komponen Barisan Nasional (BN).

Terdahulu dalam ucapan aluannya, Soi Lek menggariskan beberapa cadangan kongres itu bagi memantapkan pelaksanaan MBE dan RMK-10. Antaranya:

•Liberalisasi ekonomi

Membenarkan lebih ramai pelabur bukan bumiputera menjadi rakan kongsi dan kontraktor dalam kerja-kerja berkaitan dengan sektor minyak dan gas.

•Peranan syarikat milik kerajaan (GLC) dalam MBE

Menggesa GLC membuka lebih banyak ruang kepada bukan bumiputera dan tenaga pakar luar menganggotai ahli lembaga pengarah syarikat berkenaan dengan tujuan melestarikan perkongsian kepakaran.

•Mengekalkan bakat berpotensi daripada mengalir keluar

Meminta kerajaan tidak melupakan kebajikan sekolah vernakular dalam usaha meningkatkan kualiti pendidikan negara secara menyeluruh.

•Merebut peluang dalam perdagangan dengan negara menggunakan bahasa Mandarin
Nilai perdagangan negara-negara utama di dunia dengan negara yang menggunakan bahasa Mandarin ialah sebanyak RM9.5 trilion setahun (AS$2.5 trilion) tetapi penglibatan Malaysia dengan negara berkenaan hanya sekitar dua peratus daripada jumlah keseluruhan perdagangan itu.

•Penggalakkan lebih banyak sekolah vernakular akan membolehkan negara menghasilkan lebih ramai pelajar yang mahir berbahasa Mandarin dan kebolehan mereka boleh dioptimumkan bagi merebut peluang yang terhidang dalam pasaran dunia.

•Rasionalisasi subsidi, gaji minimum dan pekerja mahir

Untuk mengatasi masalah pergantungan kepada tenaga buruh asing, MCA menggesa kerajaan melaksanakan dasar gaji minimum.

Gaji minimum perlu dilaksanakan selari dengan langkah rasionalisasi subsidi bagi menghadapi kesan buruk yang timbul akibat pengurangan itu.

Saturday, August 14, 2010

Jangan jadi manusia rugi



Oleh RAMLI ABDUL HALIM Utusan Malaysia Online



Allah SWT memberi pahala berganda kepada hamba-Nya yang mengambil kesempatan keberkatan Ramadan. - Gambar hiasan
--------------------------------------------------------------------------------

SEMACAM menjadi suatu tradisi pada setiap kali Ramadan, kita akan fikirkan tentang apa juadah yang akan dihidangkan waktu berbuka dan sewaktu bersahur dengan kecurnya air liur.

Tidak hairanlah kalau pasar Ramadan tumbuh macam cendawan selepas hujan sepanjang Ramadan manakala setiap gerai pula rata-rata dikerumuni pelanggan macam semut mengerumuni gula.

Juallah apa sahaja, termasuk celur pucuk ubi kayu atau pucuk ubi keledek, acar pisang butir banyak, celur jantung pisang, ikan kering bakar dan pelbagai jenis makanan yang dianggap lekeh dan tidak munasabah untuk diniagakan pada bulan-bulan biasa, semuanya laris pada bulan puasa.

Sekali gus bulan Ramadan umpama bulan bonus atau bulan durian runtuh bagi para peniaga juadah. Ada peniaga yang yang kata berniaga sebulan bulan Ramadhan boleh menampung keperluan hidup keluarga untuk tempoh setahun.

Pagi-pagi lagi di ruang-ruang pejabat atau bila dua sahabat bertemu di mana-mana sahaja, paling lazim yang menjadi tajuk utama percakapan ialah tentang apa yang mahu dijadikan juadah berbuka. Juga juadah untuk bersahur.

Kononnya sekian-sekian juadah mesti kena ada sewaktu berbuka atau bersahur di samping akan diceritakan kedai mana yang paling bagus untuk berbuka, untuk bersantai sementara tunggu mata mengantuk dan juga kedai yang mampu membuka selera ketika bersahur.

Jarang yang bertanya atau berbincang tentang berapa surah daripada 114 surah al-Quran, berapa juzuk daripada 30 juzuk kitab suci itu dan berapa ayat daripada 6,236 ayat keseluruhan al-Quran dengan 4,780 daripadanya diturunkan di Mekah dan dinamakan surah/ayat Makkiyyah manakala 1,456 ayat lagi diturunkan di Madinah dan dinamakan surah/ayat Madaniyyah yang sudah dibaca dihayati.

Juga jarang ditanya pada malamnya pula apakah diisi dengan sembahyang sunat terawih, dilipatgandakan sembahyang sunat tahajud, sunat tasbih dan macam-macam sembahyang sunat atau masih kekal pada bulan-bulan Ramadan yang lepas-lepas, banyak masa dihabiskan dengan bersantai di warung-warung menikmati pelbagai hidangan santai ketika rakan-rakan yang lain di masjid, surau atau madrasah, berterawih.

Pada siang harinya pula apakah ditukar tabiat daripada bercakap tentang hal-hal keduniaan yang bersifat mengumpat individu-individu tertentu, kepada membanyakkan berzikir dan beristighfar dan juga menyambung bacaan al-Quran yang dibaca pada malam hari atau menjelang pagi serta selepas sembahyang subuh supaya cepat khatam.

Memang diperakukan bahawa Ramadan memang bulan pesta, bulan bonus, bulan Mega sales dan aneka macam mega tetapi bukan dalam bentuk pesta melambakkan pelbagai juadah di meja makan, lebih-lebih lagi hingga sampai ke tatap menyumbang kepada pembaziran.

Sebaliknya, Ramadan adalah bulan Allah SWT melelong, membuat Mega sales dan memberi bonus pahala berganda kepada hamba-hamba-Nya yang mengambil kesempatan daripada berkatnya Ramdaan untuk bertaubat nasuha dan memperbanyakan ibadah dengan ganjaran berganda berbanding dengan bulan-bulan biasa.

Selain para penjual mendapat laba hasil larisnya jualan juadah berbuka dan bersahur, kita tidak akan dapat laba apa sepanjang Ramadan kalau kekalkan tabiat menjadikan ia sebagai pesta juadah sedangkan dari sudut amal ibadahnya tidak meningkat pun dan tetap juga kekal pada tahap biasa.

Apatah lagi jika yang berdosa membiarkan diri kekal dengan dosa tanpa bertaubat nasuha. Semalas mana pun kita, kena usahakan juga supaya khatam al-Quran sekali dalam bulan puasa yang mana kalau bulan-bulan biasa setiap ayat yang dibaca akan dibayar dengan 10 kebajikan oleh Allah dan jika dibaca keseluruhan ayat al-Quran yang mengandungi 1.2 juta huruf dibaca kita akan dapat 12 juta kebajikan, bila al-Quran dibaca pada bulan puasa, maka jumlah kebajikannya tentulah berlipat kali ganda lagi.

Demikian juga dengan amalan-amalan lain termasuk bersedekah, sembahyang sunat, berzikir, beristighfar, memulakan penghidupan baru yakni meninggalkan kehidupan mungkar kepada kehidupan yang diredai-Nya akan diberi juga pahala yang berganda.

Rugi benar kalau kita tidak rebut peluang yang Allah sediakan sepanjang Ramadan.
Nanyang jadi Singapura kiblat


AKHBAR Nanyang Siang Pau keluaran 3 Ogos 2010 (lihat Utusan Malaysia 11 Ogos) telah menyeru Malaysia supaya memandang ke Singapura dalam usaha membantu kaum yang lemah. Lebih tepat ialah kerajaan Malaysia hendaklah mengamalkan sistem persaingan dan bukannya kroni dalam pembangunan ekonomi dan pelajaran.

Nanyang berpendapat menerusi sistem ini Malaysia akan menjadi maju seperti Singapura.

Hakikat yang mesti diterima ialah Malaysia tidak akan mencapai kemajuan yang seimbang seperti sekarang tanpa beberapa keistimewaan kepada Bumiputera dan tanpa Dasar Ekonomi Baru yang dinamik oleh kerana orang Melayu sememangnya manja dan malas seperti yang dicatitkan dalam tulisan Nanyang itu.

Kemanjaan dan kemalasan ini terbentuk oleh persekitaran negara yang makmur dan kaya, cukup makan dan pakai dengan kangkung tumbuh sendiri di depan rumah, sawah padi di belakang rumah dan ikan di sungai dan di lautan.

Orang Melayu hidup mudah sejak sebelum kedatangan penjajah lagi. Tidak seperti kaum pendatang dahulu yang datang dari alam persekitaran negara yang menyebabkan mereka terpaksa berkerja keras dan bermati-matian untuk hidup.

Maka mereka menjadi semakin industrious, lebih kreatif dan inovatif apabila berhijrah kerana melihat peluang yang terbuka luas yang tidak diteroka dan dipersiakan oleh anak tempatan.

Pendatang awal ini kemudiannya menyampaikan cerita ke tanah air mereka bahawa emas boleh dikutip di tepi jalan di Tanah Melayu menyebabkan semakin ramai orang Cina berhijrah ke negara ini di zaman penjajahan British.

Orang Melayu memandang rendah kepada orang Cina yang menjadi pekebun sayur, penjaja, peniaga kecil, pelombong dan anggota kumpulan samseng tanpa menyedari bahawa mereka membina rangkaian kekayaan penjajahan ekonomi yang lebih dahsyat daripada penindasan British.

Bagaimanapun peluang pelajaran di bawah dasar drastik kerajaan Malaysia yang memikirkan keseimbangan ekonomi diperlukan untuk menjamin ekonomi orang Cina tidak diganggu-gugat oleh orang yang miskin, telah membangunkan generasi Melayu baru yang sedar dengan nilai-nilai yang seharusnya ada untuk hidup dalam masyarakat berbilang kaum.

Kesedaran menerusi pelajaran inilah yang merasionalisasikan sikap orang Melayu dan memberikan sumbangan ke arah menstabilkan dan mententeramkan masyarakat Malaysia berbanding dengan sebelum peristiwa 13 Mei 1969 sekalipun isu yang dibangkitkan sekarang ini adalah lebih panas dari isu-isu yang pernah dibangkitkan sebelum peristiwa itu.

Jika kehidupan mereka tidak distabilkan maka jalan yang mudah bagi anak negeri ialah merompak harta orang Cina bagi kehidupan mereka. Kerajaan memikirkan langkah ke arah mengubah kehidupan mereka menerusi pelajaran dengan dasar kroni perlu disegerakan kerana orang Cina sebelum Merdeka tidak pernah memikirkan bahaya kepada hak mereka mencari makan kecuali selepas 13 Mei.

Pencapaian kemajuan Bumiputera di Malaysia telah diakui oleh Bank Dunia sendiri suatu masa dahulu sebagai begitu cepat dan masih tidak dapat dicapai oleh Bumiputera negara negara lain yang juga ada masyarakat Cina. Contohnya jelas dapat dilihat di Thailand, Indonesia dan Filipina.

Pencapaian pelajaran dan ekonomi orang Melayu setakat ini telah memberikan peluang kepada orang Cina dan Melayu sendiri untuk terus bebas berpolitik, berniaga dan bersekolah tanpa diganggu-gugat oleh orang Melayu yang miskin kecuali oleh orang Melayu dari negara jiran yang datang menyamun dan merompak dan mengancam kehidupan mereka.

Ini harus menyedarkan orang Cina tentang bagaimana jika banyak anak negeri ini sendiri yang miskin.

Ancaman konfrantasi Indonesia sendiri telah menggerunkan orang Cina dan menyebabkan mereka memberikan sokongan yang kuat kepada kerajaan BN dalam pilihan raya 1964 tetapi mereka cepat melupakan sejarah kerana perasaan perkauman dan bukan kerana perasaan kebangsaan.

Nanyang mengambil contoh keyakinan Melayu Singapura untuk hidup bersaing dengan kaum lain dengan memetik tulisan Editor Berita Harian Singapura, Guntor yang memuji Singapura kerana membantu Melayu tanpa menjalankan polisi memberi tongkat tapi siapa bijak akan diangkat.

Malaysia menggunakan dasar yang berbeza oleh kerana dasar asas Singapura berbeza dengan Malaysia.

Sebaik sahaja Merdeka, Singapura mencantas cauvinisme kaum terbesar di negara itu iaitu kaum Cina dengan menutup institusi-institusi kebudayaan utama Cina iaitu sekolah-sekolah rendah dan menengah Cina dan universiti teragung Cina (Nanyang University dan Nge Ann College) yang berkesan sekali dalam menghapuskan kesetiaan kepada negara Cina dan fanatisme kepada budaya Cina.

Sikap orang Cina Singapura berbeza dengan sikap orang Cina Malaysia. Oleh kerana itu jugalah masyarakat Cina Malaysia tidak begitu dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat Cina Singapura.

Di Malaysia kerajaan tidak bertegas dalam dasar pelajaran, tunduk kepada kehendak masyarakat Cina untuk mengekalkan institusi pelajaran mereka yang bererti membiarkan usaha untuk menyuburkan perasaan kecinaan di kalangan masyarakat Cina Malaysia.

Suara-suara yang bersifat kecinaan di negara ini masih terdengar dengan bantahan terhadap kerajaan kerana tidak membantu sekolah Cina dan juga mengutamakan Sekolah Kebangsaan.

Mereka tidak faham erti kebangsaan kecuali yang sesuai dengan cauvinisme Cina.

Kenapa Nanyang tidak mahu menunjukkan betapa tegasnya Kerajaan Singapura dalam menentang desakan seumpama ini sejak awal kemerdekaannya.

Kenapa Nanyang tidak menyeru supaya kerajaan Malaysia memandang ke Selatan dalam soal ini?

Di Singapura tidak ada perasaan ketakutan orang Melayu kepada kaum lain untuk menjadikan Singapura sebagai negara Cina tetapi di Malaysia, inilah yang diperjuangkan oleh masyarakat Cina.

Benar kata Guntor beliau tidak perlu menghunus keris untuk dapatkan kuasa di Singapura, tetapi tingkah laku kebanyakan orang Cina Malaysia yang kecinaan menyebabkan orang Melayu terpaksa mengingatkan mereka bahawa negara ini perlu terus berkeris.

Tan Melaka
Putrajaya
Perkauman, hipokrasi hidup subur dalam politik negara

Oleh Jamhariah Jaafar

2010/08/12 Berita Harian Online

ISU perkauman terus menjadi perbualan. Seorang demi seorang ahli politik membuat kenyataan, yang akhirnya menjurus isu ini kepada krisis yang jika tidak dikekang akan membawa padah amat buruk kepada keharmonian negara yang dihuni rakyat pelbagai kaum dan agama.

Dalam suasana politik kini, rata-rata ahli politik bermain dengan sentimen bangsa dan kaum demi meraih simpati dan sokongan rakyat, dalam usaha mereka untuk merebut kuasa pada Pilihan Raya Umum ke-13 nanti. Setiap parti politik tersepit dengan permainan politik perkauman masing-masing. Setiap parti sedar mereka tidak boleh bergerak bersendirian, sebaliknya perlu bekerjasama dengan parti politik lain sekiranya mahu mencapai agenda dan matlamat masing-masing. Catatan terbaru bekas Perdana Menteri, Tun Dr Mahathir Mohamad, To Be or Not To Be A Racist (Untuk Menjadi atau Tidak Menjadi Seorang Rasis) dalam blognya amat menarik apabila beliau menamatkan tulisannya dengan mengatakan: Hipokrasi sesungguhnya amat hidup di dalam politik Malaysia.

Ramai pemerhati politik berbelah pendapat apabila membaca tulisan Dr Mahathir, malah beliau sendiri mengaku terkejut apabila seorang bekas wakil rakyat Barisan Nasional (BN) bangun menyoalnya mengapa BN tidak memberi lebih banyak jawatan kepada kaum Cina dan melantik mereka sebagai Timbalan Perdana Menteri atau pembantu menteri besar, seperti yang dibuat pembangkang di negeri yang dikuasai mereka hari ini.

Saya terperanjat dengan kritikan seorang bekas wakil rakyat kerajaan negeri atau Persekutuan ini ke atas BN. Adakah saya perlu menjawab dengan jujur atau tidak menjawab, sebaliknya memberi pandangan baik dalam usaha tidak kedengaran begitu rasis? Tapi dengan bertanyakan soalan ini, bukankah si penyoal juga bersikap rasis? soal bekas Perdana Menteri Malaysia itu.

Dr Mahathir nyata tidak menjawab soalan itu secara langsung pada forum dihadiri ramai bekas wakil rakyat BN itu, tetapi soalan itu menghantui dirinya sehingga beliau membuat keputusan untuk menjawab mengapa tidak banyak jawatan diberi kepada China di dalam pentadbiran Kerajaan BN, serta mengapa Umno kelihatan kurang memberi perhatian kepada amalan agama bangsa Cina.

Nyata, beliau tidak boleh lari daripada faktor ekonomi yang akhirnya menjurus kepada pengenalan Dasar Ekonomi Baru (DEB) 40 tahun lalu, yang menyaksikan bangsa peribumi masih belum lagi mencapai sasaran 30 peratus dalam pemilikan korporat, manakala bangsa Cina semakin galak menguasai ekonomi negara.

Dalam bidang politik, bangsa Melayu kelihatan masih menguasai. Kebanyakan jawatan tertinggi seperti PM, MB dipegang Melayu. Sekiranya jawatan ini dipegang bangsa Cina, maknanya bukan saja ekonomi di bawah kawalan Cina tapi arena politik juga akan terletak di bawah mereka. Apakah pegangan Melayu di dalam negara ini? soal Dr Mahathir di dalam blognya.

Jelasnya, DEB bertujuan memberi peluang kepada bangsa Melayu mencapai tahap ekonomi lebih adil dan hanya selepas mencapai kedudukan lebih baik, mereka tidak lagi akan menghadapi masalah bertolak ansur mengenai pengagihan kuasa di bidang politik.

Tapi kerana belum mencapai kedudukan yang adil dalam bidang ekonomi, mereka (Melayu) perlu dibenarkan mengekalkan kuasa lebih besar dalam politik, katanya.

Dr Mahathir berkata, Pas lebih bertolak ansur dengan amalan keagamaan bangsa Cina, semata-mata kerana ingin undi bangsa Cina yang hari ini semakin ramai dengan lantang mengkritik pemerintahan BN yang didakwa tidak berlaku adil apabila terus memberi perlindungan dan layanan istimewa kepada kaum Bumiputera.

Ingat, dulu Pas pernah mengutuk Umno kerana mengambil MCA sebagai rakan kongsi. Sekarang Pas sanggup menerima DAP sebagai rakan. Ia adalah hipokrasi politik, bukan perkongsian yang jujur.

Saya bercakap mengenai isu perkauman hanya kerana penyoal saya bertanya isu kaum. Dikatakan prestasi buruk BN pada Pilihan Raya Umum 2008 disebabkan rakyat Malaysia bosan dengan parti dan politik perkauman. Saya meraguinya. Sejak 2008 lebih banyak perdebatan mengenai bangsa terjadi, berbanding sebelumnya dan penyoal saya sudah membuktikannya. Perkauman jelas masih menjadi satu isu di Malaysia.

Sekiranya PAS begitu melampau dalam menyokong bangsa Cina hari ini, bukan kerana parti berkenaan sudah tidak lagi dipengaruhi isu bangsa dan agama. Ia hanya kerana ia mahu bermain dengan sentimen perkauman bangsa Cina dalam usaha untuk memenangi undi Cina. Sikap hipokrit sesungguhnya amat hidup di dalam politik Malaysia.

Tulisan Dr Mahathir sudah pasti akan diterima penyokong kerajaan, dipandang sinis pembangkang terutama Pas dan DAP, manakala majoriti bangsa Cina sudah pasti marah kerana berasa mereka terus dianaktirikan walaupun Malaysia sudah lebih 50 tahun merdeka.
Pengotor punca denggi: Nik Aziz


2010/08/12 Berita Harian Online

KOTA BHARU: Menteri Besar Kelantan, Datuk Nik Aziz Nik Mat, menyifatkan sikap segelintir penduduk yang tidak mengikut sunnah Nabi Muhammad SAW mengutamakan kebersihan dalam kehidupan harian, menjadi punca peningkatan kes denggi di negeri ini.

Beliau melahirkan rasa bimbang terhadap peningkatan kes demam denggi di negeri ini yang mencatat 1,399 kes sepanjang enam bulan lalu, berbanding 807 kes sepanjang tempoh sama tahun lalu. Katanya, lebih membimbangkan lagi sudah enam orang meninggal dunia akibat denggi sepanjang tempoh itu, sedangkan pada tempoh sama tahun lalu satu kematian dicatatkan. Denggi ini bahaya kepada kita dan saya merasa amat bimbang kerana kes itu sudah semakin meningkat berbanding tahun lalu.

Malah keadaan kini menjadi lebih menakutkan lagi kerana sudah enam kematian, sedangkan tahun lalu seorang saja, katanya kepada pemberita selepas merasmikan Ihya Ramadan Masjid Kota Darulnaim, di sini, semalam.
Pembanci hadapi masalah sikap masyarakat Cina


2010/08/11 Berita Harian Online

PUTRAJAYA: Masalah sikap orang ramai, khususnya masyarakat Cina merupakan cabaran utama pembanci melakukan tugas pembancian sepanjang gerakan Banci Penduduk dan Perumahan 2010 setakat ini, kata Pesuruhjaya Banci dan Ketua Perangkawan Malaysia, Datuk Wan Ramlah Wan Abdul Raof.

Beliau berkata terdapat antara mereka mengatakan mereka tidak tahu berbahasa Melayu dan Inggeris. "Rungutan kebiasaannya datang dari masyarakat Cina yang mengatakan mereka hanya tahu berbahasa Mandarin. "Itu tidak harusnya terjadi kerana kita sebagai rakyat Malaysia, sebagai penduduk Malaysia sejak Merdeka hampir 53 tahun, sudah pasti tahu untuk menggunakan salah satu bahasa itu," katanya.

Borang soal selidik yang mengandungi 51 soalan dengan empat bahagian dibuat dalam dua bahasa Melayu dan Inggeris.

Banci 2010 dijalankan dalam tiga fasa dan kini ia berada terakhir yang sedang berlangsung bermula pada 7 Ogos berakhir 22 Ogos ini.

Fasa I dan II telahpun dijalankan, masing-masing dari 6 Julai hingga 22 Julai dan 23 Julai hingga 6 Ogos lalu.

Wan Ramlah berkata bahawa dalam Fasa I Banci 2010, 70 peratus daripada mereka yang tidak memberikan respon adalah masyarakat Cina.

"Kita bukan mahu bersikap perkauman dalam mendedahkan masalah ini. Perdana Menteri sendiri menyatakan Konsep 1Malaysia adalah untuk kebaikan semua kaum.

"Kalau kita mahu laksanakan konsep ini untuk semua, ia mesti ikut statistik berdasarkan kaum dan kumpulan etnik," katanya.

Wan Ramlah berkata Jabatan Perangkaan terpaksa mendapatkan kerjasama media berbahasa Cina, petugas jabatan berbangsa Cina dan persatuan-persatuan mewakili masyarakat itu bagi memberi respon kepada pembanci.

"Malah, seperti apa yang berlaku di Johor, hampir setiap hari muka Pengarah Jabatan Perangkaan Negeri Johor, Tiew Chin Tong, terpampang di surat khabar Cina bagi memberi penerangan tentang pentingnya pembancian ini," katanya.

Wan Ramlah berkata masyarakat Cina tidak boleh mengatakan mereka tidak memahami soalan yang disediakan kerana kebanyakan mereka tinggal di bandar dan mendapat akses kemudahan pendidikan.

"Kita faham sekiranya ia melibatkan masyarakat seperti Iban, Kadazan, Murut yang berada di Sabah dan Sarawak yang kurang mendapat akses pendidikan," katanya.

Wan Ramlah berkata, jabatan telah menyediakan pembanci daripada kalangan masyarakat setempat bagi membantu penduduk di Sabah dan Sarawak mengisi borang soal selidik, dengan menggunakan bahasa mereka sendiri.

"Kita bimbang komuniti di daerah tertentu seperti ini, bukan saja Cina, tidak akan diambil kira) jika mereka tidak respon, dan kibatnya, pembangunan di tempat tertentu tidak dapat dilaksanakan dengan tepat kerana masalah penduduk yang tidak dapat dikira ini.

"ini juga melibatkan negeri lain. Kalau negeri itu tidak mahu respon, mereka akan rugi," katanya.

Masalah sikap ini juga telah dialami sendiri oleh Wan Ramlah apabila ketika membuat tinjauan, beberapa anjing dilepaskan bagi menghalang pembanci mendekati rumah.

Beliau berkata jabatan boleh mengambil tindakan terhadap orang ramai yang enggan memberi kerjasama berdasarkan Akta Banci 1960.

"Mengikut undang-undang, orang ramai dikehendaki beri kerjasama. Ramai penduduk yang tidak tahu tentang tindakan yang boleh diambil ini. Jika kami ingin ambil tindakan, sememangnya boleh," katanya.

Berdasarkan unjuran Jabatan Perangkaan, sejumlah 28.3 juta penduduk dan 7.5 juta tempat kediaman di Malaysia akan dibanci.

Setiap fasa akan membanci 2.5 juta tempat kediaman dan setakat Fasa I, 2.4 juta tempat kediaman telah dibanci, kata Wan Ramlah.

Kos Banci 2010 adalah sebanyak RM200.2 juta dengan kira-kira 26,000 pembanci dan 3,000 penyelia

Wednesday, August 11, 2010

Bacaan Niat Puasa 1 Hari & Sebulan
Bacaan Doa Berbuka Puasa


Doa berbuka untuk seorang :



Lafaz : Allahumma laka suomtu wa bika amantu wa ‘alaa rizqika afthortu birahmatika ya arhamarrohimin..

Maksud : Ya Allah bagi Engkau aku berpuasa dan dengan Engkau beriman aku dengan rezeki Engkau aku berbuka dengan rahmat Engkau wahai yang Maha Pengasih dan Penyayang.



Doa berbuka untuk berjemaah / sekeluarga / beramai ramai ;




Yang atas ni untuk ber seorangan, untuk ramai ramai sila tukar perkataan "tu (ta + wau)" kepada "na ( nun +alif). Barulah maksud ayat "aku" bertukar kepada "kami". Contoh nya seperti dibawah :

Lafaz : Allahumma laka suomna wa bika amanna wa ‘alaa rizqika afthorna birahmatika ya arhamarrohimin..

Maksud : Ya Allah bagi Engkau Kami berpuasa dan dengan Engkau beriman Kami dengan rezeki Engkau Kami berbuka dengan rahmat Engkau wahai yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Tuesday, August 10, 2010

Pecah dan perintah II: Hubungan Malaysia-Indonesia

Oleh Zaini Hassan dari Utusan Malaysia.


Orang Melayu berpecah dan membenci antara satu sama lain - serta membenci kaum-kaum lain yang berada di negara ini. Kesimpulan saya ialah, jika ini terus berlaku orang Melayu akhirnya akan diketepikan, tidak dipedulikan dan terpaksa melukut di tepi gantang. (Ikuti di www.utusan.com.my bagi membaca Cuit bertajuk Strategi pecah, perintah dan tawan pembangkang?)

Strategi ini juga boleh dilakukan ke atas negara-negara dan antara-negara. Ia adalah satu strategi yang dilakukan oleh pihak penjajah dan kolonial beratus-ratus tahun lalu - termasuklah ke atas Tanah Melayu oleh British, oleh Sepanyol dan Amerika ke atas Filipina dan gugusan kepulauan Sulu, Israel dan Amerika di kalangan negara Arab, Pakistan dan banyak lagi.

Antara strategi yang dilakukan ialah mempengaruhi pihak pemerintah yang mempunyai sekutu lain supaya menyebelahinya. Ia harus dilakukan secara terus terang, halus atau kasar. Jika cara terus terang tidak boleh dilakukan, atau sukar, atau mustahil - maka strategi lain akan dilakukan.

Strategi itu ialah melalui pegawai-pegawainya; dan jika itu pun tidak boleh dilaksanakan ia akan terus kepada rakyat. Di zaman sekarang, NGO atau juga disebut sebagai pertubuhan bukan kerajaan ialah organisasi yang paling efektif yang boleh dipengaruhi bagi melaksanakan strategi pecah dan perintah ini.

Apakah hubungan dingin antara rakyat Indonesia ke atas Malaysia sekarang ada kaitan dengan ini semua?

Kita kaji susur galur kedua-dua negara itu dulu.

Hubungan Malaysia-Indonesia ialah hubungan tradisi. Ia telah berlangsung sejak zaman Sriwijaya pada abad ke-7. Sejarah Melayu mengisahkan asal usul raja-raja Melayu, yang dirujukkan kepada Kesultanan Melaka yang mewarisi Kerajaan Sriwijaya, ia mengisahkan betapa permulaan sistem raja-raja Melayu adalah di Bukit Siguntang di Sumatera, atau disebut juga sebagai Seri Andalas.

Sejak itu hubungan rakyat dengan rakyat telah terjalin. Orang Malaysia dan Indonesia menyifatkan hubungan mereka sebagai hubungan serumpun. Serumpun bermakna serupa, sama atau dalam ikatan yang satu.

Orang Melayu telah berasimilasi sejak zaman-berzaman dengan keturunan Jawa, Bugis, Aceh, Boyan (Bawean), Mendaling, Banjar, Minang yang menyeberang ke Tanah Melayu. Mereka hidup sebagai satu bangsa yang kemudiannya diiktiraf sebagai bangsa Melayu Malaysia atau bumiputera. Uniknya, keturunan akar Indonesia ini masih mengamalkan loghat bahasa asal sesama mereka. Koloni etnik keturunan Indonesia ini banyak tertumpu di Johor, Selangor, Perak, Kedah dan Negeri Sembilan.

Mereka ini kemudiannya menjadi tokoh-tokoh terpenting Malaysia dari segi ekonomi, sosial dan politik. Malah banyak juga keturunan kesultanan di Malaysia berasal susur galurnya dari tanah seberang.

Orang Malaysia dan Indonesia menggunakan bahasa Melayu sebagai lingua franca bahasa pertuturan mereka. Bahasa itu dituturi oleh lebih 300 juta orang di rantau Nusantara ini.

Kedua-dua rakyat Malaysia-Indonesia mengamalkan agama yang sama iaitu Islam dan kebudayaannya juga hampir sama.

Pada sekitar 1980-an sehingga kini, berlaku penghijrahan beramai-ramai rakyat Indonesia ke negara ini. Ia adalah satu eksodus ekonomi yang belum pernah berlaku - apabila mereka memasuki ke negara ini secara sah atau pun tidak bagi membantu membangunkan negara ini. Orang Indonesia terkenal dengan kerja lasak mereka. Orang Indonesia digunakan untuk kerja-kerja pembinaan. Banyak bangunan besar yang berdiri hasil kemakmuran Malaysia, dilakukan oleh buruh-buruh kontrak Indonesia.

Pendek kata, hubungan dua-hala Malaysia-Indonesia tiada masalah.

Kuasa-kuasa asing melihat bahawa Malaysia-Indonesia ialah satu kuasa serumpun yang kuat. Kuasa itu boleh dilihat dalam pelbagai bentuk sama ada kuasa ketenteraan, kuasa manusia, kuasa ekonomi malah kuasa pendidikan dan budaya.

Kedua-dua negara ini mempunyai kuasa, jika mereka bersekutu.

Pada sekitar 1980-an Malaysia dan Indonesia mempunyai dua tokoh yang terlalu kuat kuasa mereka. Malah negara-negara lain di kalangan ASEAN amat menghormati kedua-dua kuasa ini.

Kedua-dua kuasa ini iaitu Dr. Mahathir-Suharto diiktiraf sebagai pengimbang kepada rantau ini.

Namun, ada pihak yang tidak senang dengan perkembangan itu. Kuasa asing melihat kedua-dua tokoh ini adalah ancaman kepada mereka atau sekutu mereka atau individu yang mahu diangkat oleh mereka. Dr. Mahathir dilihat sebagai tokoh yang amat lantang menentang Barat.

Barat amat berharap Mahathir dapat dijatuhkan, secara dalaman atau luaran, melalui tekanan-tekanan tertentu. Masanya amat bertepatan sekali apabila berlaku krisis politik Mahathir-Anwar yang memperlihatkan Anwar mendapat sokongan Barat yang terlalu kuat.

Sebagaimana yang semuanya sudah tercatat dalam sejarah, laungan reformasi telah ditiupkan oleh 'unsur-unsur' tertentu ke dalam Indonesia dan kemudiannya dibawa ke Malaysia.

NGO-NGO telah diwujudkan dan dibiayai. Ia dibiayai melalui pelbagai cara oleh pihak luar. NGO-NGO ini kemudiannya bergerak aktif membawa mesej antikerajaan dan anti-Mahathir di Malaysia dan anti-Suharto di Indonesia. Media alternatif menerusi Internet dilancarkan bagi mengasak.

Akhirnya Dr. Mahathir jatuh, begitu jugalah Suharto. Sehingga ke hari ini banyak NGO masih mendapat pembiayaan daripada pihak-pihak tertentu secara langsung dan tidak. Di Indonesia, banyak NGOnya yang mendapat bantuan kewangan daripada pihak-pihak luar. Tidak perlulah disebut siapa dan negara mana yang membiayai, tapi banyak yang dibiayai. Ada antaranya NGO keagamaan, NGO yang memperjuangkan kebebasan bersuara, hak asasi manusia dan sebagainya.

Dana-dana ini disalurkan atas alasan bagi membiayai latihan dan operasi organisasi itu.

NGO ini boleh dimanupulasi untuk kepentingan pembiayanya. Siapakah pembiaya ini? Tidak perlulah disebut di sini, namun pembiaya ini juga boleh masuk ke dalam sesebuah organisasi korporat melalui pembelian saham. Media-media dan beberapa stesen televisyen di Indonesia dikatakan sering melancarkan serangan ke atas Malaysia dalam isu-isu yang terlalu remeh-temeh. Apakah media mereka juga sudah dikuasai?

Isu tarian Pendet Bali dibesar-besarkan oleh media Indonesia dan NGO-NGOnya sehingga membangkitkan kemarahan rakyatnya. Blog-blog yang tidak tahu siapa miliknya melancarkan serangan 'ganyang' ke atas Malaysia.

Pendemonstran, yang biasanya dibayar untuk kerja-kerja tunjuk perasaan di Indonesia melancarkan slogan Sweeping Malaysia (sapu orang Malaysia) - seakan-akan kebetulan sama bunyinya seperti "sweep the Malays" (sapu orang Melayu) semasa peristiwa 13 Mei 1969 dulu.

Benar seperti kata Setiausaha Agung Pusat Strategik Indonesia, Bagus Satriayanto dan Pensyarah Fakulti Kemanusiaan Universiti Indonesia, Dr. Yon Machmudi dalam satu sidang akhbar di Kuala Lumpur kelmarin. (Lihat Utusan Malaysia Selasa 15 Sept. muka 25)

Mereka mendakwa ada negara lain yang tidak senang melihat keakraban hubungan Malaysia dan Indonesia sejak kebelakangan ini.

Bagus tidak menolak tanggapan bahawa negara yang mendalangi rasa kebencian segelintir rakyat Indonesia terhadap Malaysia merupakan sebuah negara dari rantau Asia Tenggara sendiri.

Jadi, jelaslah jika itu ada kebenarannya, maka tidak hairanlah strategi pecah, perintah dan tawan ini merupakan satu strategi yang masih berkesan dan boleh dilaksanakan.

Adakah apa yang berlaku di Malaysia kini dan kemudiannya dengan Indonesia itu adalah sebahagian daripada perancangan besar pihak-pihak tertentu bagi menanti saat-saat apa yang disebut mereka sebagai transition atau peralihan?

Politik rakyat Malaysia sedang melalui situasi itu. Negara Malaysia juga perlu dipecahkan dengan Indonesia, supaya kuasa kedua-duanya tidak kuat dan tidak menggugat sesiapa. Mungkin, ada yang takut kuasa Malindo ini menjadi besar dan gagah.

Jika betul ada tangan ghaib, siapa agaknya?
Strategi pecah, perintah dan tawan pembangkang?


Oleh Zaini Hassan dari Utusan Malaysia.

PERNAH dengar istilah strategi pecah dan perintah? Dalam ilmu politik dan sosiologi, pecah dan perintah (atau dalam bahasa Inggeris divide and rule; istilah asalnya dari bahasa Latin divide et impera) ialah satu strategi yang menggabungkan tiga elemen iaitu politik, ketenteraan dan ekonomi.

Ketiga-tiga elemen itu bergabung bagi menguasai dan memelihara kuasa yang ada dengan memecahkan pengaruh dan kuasa yang besar kepada kecil-kecilan. Ini akan mengakibatkan kuasa kumpulan yang berpengaruh atau berkuasa itu berkurangan, berbanding pihak yang melaksanakan strategi itu.

Secara praktisnya, strategi ini digunakan untuk mengelakkan kumpulan kecil ini bergabung dan membentuk kuasa yang besar (atau sebaliknya).

Strategi ini pernah dilakukan oleh pihak British ke atas Tanah Melayu. Memecahkan kaum-kaum dan negeri-negeri yang ada dengan meletakkannya dalam koloni dan sistem pemerintahan yang berasingan bagi memudahkan pihak Inggeris memerintah pada waktu itu.

Kemudian parti Perikatan, yang mengambil alih kekuasaan negara ini mengamalkan strategi itu apabila parti-parti yang mewakili kaum-kaum terbesar digabungkan - dengan mengetepikan parti-parti lawan yang enggan bersama mereka.

Perikatan kemudiannya ditukar menjadi Barisan Nasional (BN) dan strategi itu kekal berjaya sehingga hari ini, selama 52 tahun.

Ia bertahan kerana orang Melayu yang merupakan majoriti rakyat negara ini menguasai kuasa politik dan ketenteraan tanah air. Orang Melayu bergabung dengan kaum-kaum lain (Cina dan India) bagi membentuk satu kuasa yang kuat. Ia dibuat atas dasar hormat-menghormati dan percaya-mempercayai yang telah dimeterai atas ikatan Perlembagaan Persekutuan termasuk beberapa dasar yang dibentuk kemudiannya.

Walaupun ada sedikit masalah pertelingkahan kaum di pertengahan jalan, namun ia berjaya diselesaikan. Masing-masing lupa dengan perbezaan masing-masing dan semua pihak dalam pakatan itu berjaya menjana negara ini sehingga Malaysia di anggap negara yang makmur dan mewah.

Namun, apakah strategi 52 tahun itu masih mampu bertahan? Secara akademik ia sudah mulai lemah.

Strategi pecah dan perintah itu mulai gagal setelah kuasa politik yang dipegang oleh orang Melayu itu mulai berpecah. Melayu tidak sepadu dulu lagi. Mereka sudah berpecah kepada beberapa kumpulan. (Baca Cuit: Melayu bukan UMNO lagi, Melayu sudah minoriti (25 Mac 2009), ia mengandaikan Melayu sudah berpecah enam.

Pilihan raya umum ke-12 pada 2008 telah meletakkan satu petunjuk, yang tidak pernah terlintas di fikiran selama ini, yang orang Cina boleh menguasai kuasa politik di negara ini.

Ia hanya boleh berlaku jika orang Melayu berpecah. Orang Melayu yang marah, keliru, sakit hati secara protes tidak memberi undi kepada parti pemerintah, yang bangsa mereka sendiri menguasainya.

Protes itu secara tidak sengaja telah memberi petunjuk, yang parti berasaskan Cina seperti DAP pun boleh menguasai negara ini. Negeri-negeri yang dikuasai DAP pada pilihan raya umum lalu ialah Pulau Pinang, Perak, Selangor dan sebahagian besar Wilayah Persekutuan. Negeri Sembilan hampir-hampir dikuasai mereka. Jika Melaka dan Johor pun jatuh ke tangan DAP - maka sebahagian besar Pantai Barat 'emas' Semenanjung Malaysia akan dikuasai DAP.

Jika ia berlaku maka empayar DAP itu akhirnya akan menemui titik pertemuannya dengan abang mereka PAP dari Singapura. Apa seterusnya berlaku, belum terlintas lagi di fikiran, namun teorinya mungkin sudah boleh di agak.

Secara akademik, ia tidak mustahil berlaku. Melihatkan perkembangan semasa ia memang boleh berlaku. Jika perkembangan itu membawa kepada pilihan raya umum ke-13 kelak, maka Melayu sudah boleh menjangka nasib mereka. Hasil strategi tidak putus asa pembangkang, mereka telah berjaya mewujudkan beberapa puak yang bertelagah di kalangan orang Melayu.

Orang Melayu pula dalam masa yang sama terlalu ego dengan pegangan dan fahaman masing-masing. Melayu UMNO, Melayu Pas, Melayu PKR dan segelintir Melayu DAP terlalu taksub dengan ideologi kemelayuan, keislaman dan keadilan mereka.

Orang Melayu tidak sedar yang mereka sedang diperkotak-katikkan untuk membenci antara satu sama lain dan antara sekutu-sekutu yang dulunya bersama mereka.

Tiba-tiba orang Melayu bermusuh dengan orang Cina dan orang India. Sama ada ia disengajakan atau tidak atau wujud permainan dalaman atau luaran itu tidak pasti, tapi usaha-usaha untuk mewujudkan kebencian antara Melayu dan kaum-kaum lain semakin nyata sekarang.

Strategi pecah dan perintah serta pecah dan tawan (divide and conquer) kini berada dalam tangan pihak pembangkang. Mereka sedang bermain dengan strategi itu. Mereka sedang menguasai keadaan dengan sebaik mungkin. Orang Melayu yang tidak sedar dengan permainan itu turut serta dalam percaturan itu. Mereka gagal melihat muslihat di sebaliknya.

Strategi yang sama pernah dimainkan oleh sebuah pihak luar dan ia berjaya. Pihak yang dominan berpihak dengan satu kumpulan minoriti untuk mengetepikan satu lagi puak yang majoriti sedikit daripada puak minoriti itu. Kedudukan tinggi diberikan kepada puak minoriti itu dengan alasan puak majoriti tidak berupaya memegangnya. Sedikit demi sedikit puak yang ditekan itu terpaksa beralah. Akhirnya sehingga hari ini puak majoriti itu terpaksa melukut di tepi gantang. Ia adalah satu model strategi pecah dan perintah yang cukup licik untuk meminggirkan satu-satu puak.

Orang Melayu kini sedang mengalami proses tersebut. Kita sedang bermusuh dengan orang Cina yang pernah bersahabat baik dengan kita. Kita sedang bermusuh dengan orang India yang pernah bersahabat karib dengan kita. Tiba-tiba semua ini berlaku secara serentak. Orang Melayu sedang bermusuh dengan semua orang.

Ditambah lagi, ada pula pihak-pihak bermain dengan perang psikologi dengan sengaja menuduh orang Melayu adalah kaum yang rasis dan perlu dilawan habis-habisan. Golongan ini tahu apa yang mereka sedang mainkan. Suasana baik itu perlu dipecahkan kerana selagi perikatan itu kuat, pakatan tidak boleh berbuat apa-apa.

Di masa pengundi-pengundi Cina (dalam pilihan raya kecil) lari dari kerajaan pemerintah kerana melihatkan mereka ada advantage ekoran pilihan raya umum ke-12 lalu, orang India pula cuba dilaga-lagakan dengan Melayu.

Sama ada ini kebetulan atau tidak, kita tidak tahu. Tapi jika betul dan akhirnya orang India juga lari dari Melayu, maka pada masa itu gabungan peratusan undi Cina dan India akan menjadi penentu kepada kuasa politik tempatan. Orang Cina dan India akan bergabung untuk mengetepikan Melayu.

Tanpa disedari, para strategis ini (dalaman atau luaran) sedang mengatur strategi baru. Setelah melihat permusuhan Melayu-Cina-India sudah berjaya diwujudkan, mereka kini menuju kepada kumpulan yang lain pula. Mangsa seterusnya ialah anak-anak negeri dan etnik pribumi - Orang Asli, pribumi Sabah dan Sarawak.

Jika itu juga berjaya dan apabila kumpulan itu pula mula membenci orang Melayu atau orang Melayu juga membenci mereka, maka ia adalah penamat bagi segala-galanya. Orang Melayu pada masa itu akan turut melukut di tepi gantang.

Strategi pecah, perintah dan tawan oleh pembangkang nampaknya sedang berlangsung dengan sempurna. Ia adalah permainan taktikal dan akal. Yang alpa akan tewas.

bersambung..
Posted in the Malaysia Forum 3rd Jun 2010,

Hampir 80 persen keturunan Melayu di Malaysia adalah keturunan orang Indonesia. Ada keturunan Aceh, Padang, Sumatera Utara, Jambi, Palembang, Jawa, Madura, Bawean, dan Bugis.

Dalam kunjungannya beberapa waktu lalu di Gowa, Sulawesi Selatan, Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak mengatakan, saya datang bukan untuk merebut kekuasaan. Saya datang sebagai orang perantauan Bugis yang sukses dan kini menjadi Perdana Menteri Malaysia, di hadapan masyarakat Gowa, Sulawesi Selatan, tanah leluhurnya.

Leluhurnya(nenekmoyang) meninggalkan Gowa untuk merantau ke Pahang, salah satu negara bagian di Malaysia, demi menghindari konflik perebutan kekuasaan. Perantauannya ke Semenanjung Malaysia ternyata berujung sukses, setelah ayahnya menjadi PM Malaysia kedua, sementara dia sendiri menjadi PM Malaysia keenam.

Selain itu, di jajaran kabinet saat ini, Menteri Pertahanan Malaysia Ahmad Zahid Hamidi, berkakek(datuk) orang Yogyakarta. Bahasa Jawanya pun masih medok.

Begitu juga dengan Rais Yatim, Menteri Penerangan dan Kebudayaan Malaysia, yang menghabiskan masa kecilnya di Sawahlunto, Sumatera Barat.

Kesuksesan perantauan Indonesia di Malaysia bukan hanya sampai tingkat menteri. Beberapa sultan di beberapa negara bagian juga keturunan Indonesia, contohnya Sultan di Johor Bahru dan Selangor adalah keturunan Bugis.

Bukan saja di kalangan pemerintahan dan sultan, keturunan Indonesia di Malaysia sukses membina hidup di Malaysia.

Bintang film legendaris Malaysia, P. Ramlee misalnya, adalah anak Aceh yang sukses di Malaysia. Penyanyi pria paling top saat ini, Mawi, juga masih keturunan orang Jawa.

Bahkan pendiri Malaysia sendiri Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj adalah generasi ke 11 keturunan Bugis, Indonesia.

Peran Indonesia Kekinian

Kemajuan ekonomi Malaysia sebenarnya tidak terlepas dari peran tangan-tangan anak bangsa Indonesia sebagai negara tetangga dan serumpun Melayu,

Peran warga Indonesia sangat besar dalam pembangunan ekonomi dan sosial Malaysia sejak awal pembangunan ekonomi dan sosialnya hingga kini.

Presiden RI Soeharto pernah mengirim ribuan guru, dokter dan perawat ke Malaysia pada awal tahun 1970an. Banyak juga dosen-dosen Indonesia mengajar di Malaysia. Pada dekade 1970an, tenaga pendidik dan terampil banyak dikirim ke Malaysia.

Jadi jika sebagian orang Malaysia atau pun media Malaysia mengatakan bangsa Indonesia bangsa budak adalah sangat kacau dan bisa dikatakan bangsa yang lupa leluhurnya. Kalau dilihat dari sejarah maka seharusnya mereka berkaca bahwa Indonesia lah negara yang turut membangun Malaysia sampai detik ini.(Fz/Duk/An)

By Javayuki.

Friday, August 6, 2010

 Health: Dealing with inflight emergencies http://www.nst.com.my/nst/articles/Health_Dealingwithinflightemergencies/Article#ixzz0vn6wO0T6

(From left) Rus Mary, Rozania, Sagadevan and Mohamad Zarak practise cardiopulmonary resuscitation on a dummy Cabin crew members are not only trained to ensure inflight safety standards but are also instructed in first aid and safety and emergency procedures, writes SUZANNA PILLAY

PINK guava juice may seem like a refreshing drink to many, but to one unlucky passenger under stewardess Rozania Mohd Khir’s care, it was life-threatening.

“On board a flight bound for Europe, a passenger suddenly broke out in large pink, rashes.

The cause was an allergic reaction to pink guava juice that he had drunk during the inflight meal.

He had difficulty breathing because he had anaphylactic shock,” recalls Rozania, who works for Malaysia Airlines (MAS). “Fortunately there was a doctor on board who was able to administer anti-allergy medication via injection.

Then we did not have anti-allergy epi-pens with us but carried anti-allergy medications in ampules in a physician’s kit instead.” The physician’s kit is one of three that are always carried on board MAS flights.

It can only be opened with the captain’s approval and used by a certified medical practitioner (doctor, paramedic or nurse).

The other two are the mandatory first aid and daily first aid kits.

But an allergic reaction was not the only medical emergency that Rozania had to deal with while in flight.


Last month, while on a MAS flight bound for Mali, she had to assist a colleague with a patient who suffered a stroke. MAS steward Mohamad Zarak Abu Bakkar Seddek, who was with Rozania on the same flight, says the incident was totally unexpected because just 10 minutes before the stroke, the passenger was genial and talkative. “We were surprised when his travelling companion told us that he had suffered a stroke.

When I reached his seat, he was slumped to one side and unconscious.

We immediately announced for a doctor on board to assist us.

“Luckily there was a doctor on board who discovered that the passenger’s blood pressure was around 200.

We tried to make the passenger as comfortable as possible and upon landing at Mali airport, handed him over to a waiting doctor and paramedics.” Rozania says what was flattering was the compliment they received from the doctor in Mali. “He said that in all his years of service, he had never seen an air crew deal so calmly or swiftly with such a situation.

I believe this is a credit to the training at MAS Training Academy.” Inflight executive Sagadevan Singaravelu has had his share of medical drama in the 29 years that he has been flying with MAS.

Not only did he help with the birth of a baby boy 9,150 metres in the air, but he also had to deal with a death during the course of work.

“Assisting in the birth was a remarkable experience.

The couple were on their way to Zurich and then Italy, to the husband’s home country.

The wife, a Filipina, was petite and her pregnancy was not showing much.

So initially, when she doubled over in pain, complaining of cramps, we did not know the problem.

Her husband did not speak English but her friends, who were travelling with the couple, told us that she was six months’ pregnant,” says Sagadevan. “It was a premature birth and to make the situation worse, it was a breach baby.

The passenger was in her second stage of labour with crowning about to take place.

There was no medical personnel on board except for a midwife and together we delivered the baby boy.

I kept the captain in the loop about the procedure and when the baby was delivered safely, he made the announcement to welcome the baby amid cheers and applause from the other passengers.” While on a flight from Jeddah to KL, Sagadevan had to deal with the death of a passenger. “He was quite an old man, seated at the back and had been coughing throughout the flight.

Then during meal service, the wife told me that her husband was unconscious.

We duly informed the captain who then announced for any doctor to come forward to check the body for a pulse or response.

“Unfortunately the old man had died.

I drew a blanket up to his shoulders and placed an oxygen mask over his face so that the other passengers wouldn’t panic.” Sagadevan credits his composure in dealing with both situations to the training he received at the academy. “Every year, MAS airline crew members have to undergo a hands-on refresher course on how to deal with emergencies in the air,” he says. MAS first aid instructor Rus Mary Alphonse, who conducts training for all cabin crew members, says they are trained to maintain professionalism and crowd control at all times, including a medical emergency. “They undergo rigorous training to ensure continuity of safety standards and standard operating procedures when carrying out their duties.

They are trained in first aid, and safety and emergency procedures when onboard flights.” Initially cabin crew members undergo five days of training.

They are also required to undergo recurrent training annually to validate their competency in safety emergency procedures for passenger and aircraft safety. Topics covered include circulation disorders (unconsciousness, hypoxia), live-saving techniques (cardiopulmonary resuscitation), dealing with medical emergencies such as coronary artery diseases and heart attacks and dealing with traumatic emergencies like bleeding and childbirth.

The cabin crew members are also taught aviation medicine and to recognise symptoms, diseases and management according to disorders. “The MAS Cabin Crew Training programmes are in adherence to strict regulations by local and international aviation bodies such as Malaysia Civil Aviation Regulations (MCAR 1996), Department of Civil Aviation Malaysia, International Civil Aviation Organisation and the International Air Transport Association which requires cabin crew members to be tested within the relevant period on use of emergency and life-saving equipment required to be carried on the flight and, fly and practice onboard within the validity period of their training,” adds Rus Mary. Flight safety instructor Lim Lee Mei says MAS cabin crew are also trained on contents, use and side effects of medication in the daily first aid kit, which can be used by the crew at any time.

Read more: Health: Dealing with inflight emergencies http://www.nst.com.my/nst/articles/Health_Dealingwithinflightemergencies/Article#ixzz0vn6wO0T6

Tuesday, July 13, 2010

BILA KAU LETIH DAN HILANG SEMANGAT,

ALLAH TAHU BETAPA KAU TELAH MENCUBA SEDAYA UPAYA,

BILA TANGISANMU BERPANJANGAN DAN HATIMU KEDUKAAN,

ALLAH TELAH MENGIRA TITISAN AIR MATAMU,

BILA KAU RASA KETINGGALAN DAN MASA MENINGGALKANMU,

ALLAH SETIA DISISIMU,

BILA KAU TELAH MENCUBA SEGALANYA TAPI TAK TAHU TUJUAN,

ALLAH ADA JALAN PENYELESAIANNYA,

BILA TAK ADA YANG BERERTI BUATMU, KELIRU DAN KECEWA,

ALLAH ADALAH JAWAPANNYA...

Firman Allah :

“Iaitu orang-orang yang apabila di timpa musibah mereka mengucapkan:

Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadaNya lah kami kembali. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

(Al-Baqarah : 156-157)

Di dalam hadis Rasulullah bersabda yang maksudnya:

“Tiada musibah apa pun yang menimpa diri seorang muslim melainkan Allah menghapuskan keburukannya( dosanya) walaupun duri yang mengenainya.”

( HR Bukhari & Muslim)

Dari sebuah hadis Qudsi yang lain yang bermaksud:

“Allah berfirman kepada para MalaikatNya: “Pergilah kamu kepada hambaKu, timpakanlah berbagai macam ujian kepadanya kerana Aku ingin mendengar suaranya.”

(HR Tabrani)

Dan oleh yang demikian, saat kita di uji dan di timpa pelbagai musibah, kita harus percaya pada ketentuan Allah. Bila kita di uji , ini adalah kerana Allah yang menginginkan begitu, kerana dia ingin kita memohon dan kembali kepadaNya dan berdoa kerana Allah sedang merindui suara hambaNya yang lemah memohon.

Tenangkanlah hati apabila menerima ujian dari Allah, kerana tatkala Allah menimpakan ujian kepada kita, itu adalah kerana Allah sedang menjadikan kita kuat, tabah dan sabar. Allah juga sedang mengajar kita untuk menjadi lebih dewasa, membuat kita belajar dari pengalaman.

Sebagai contoh, satu peristiwa yang berlaku pada zaman dahulu, yang diceritakan oleh Ummi Salamah : Pada suatu hari, Abu Salamah mendatangi ku setelah ia kembali dari menemui Rasullullah, dia berkata: Saya telah mendengar Rasullullah SAW bersabda : “Tidak ada musibah apa pun yang menimpa diri seorang muslim lalu ia membaca istirja( inna lillahi wa inna ilaihi raji’un) pada saat musibah itu menimpanya, lalu ia berdoa:

Ertinya:

“ Ya Allah berilah kami pahala dari musibah ini, dan berilah kami ganti yang lebih baik dari musibah ini, melainkan Allah akan mengabulkan doanya.”

Ummi Salamah seterusnya berkata: Pada saat Abu Salamah meninggal dunia, saya telah menghafal doa itu dan saya membaca istirja’ serta berdoa : “Ya Allah, berilah kami pahala dari musibah ini, dan berilah kami ganti yang lebih baik dari Abu Salamah.”

Pada ketika itu saya mulai sedar dari kesedihan saya, saya bertanya kepada diri sendiri: “Siapakah yang lebih baik dari Abu Salamah?”

Akhirnya pertanyaan saya itu terjawab apabila saya selesai iddah, Rasulullah SAW datang bertamu dan meminang diri saya untuk dirinya sendiri.

Kemudian saya berkata: “ Siapakah yang tidak menginginkan hal itu? Walaupun demikian, saya harap baginda maklum, saya adalah orang yang sangat cemburu, dan saya merasa takut jika Allah menyeksa diri saya di sebabkan perasaan cemburu saya itu, dan saya pun wanita yang sudah tua dan memiliki keluarga.”

Baginda menjawap: “ Adapun tentang kecemburuanmu itu, maka Allah akan menghalangkannya, tentang umurmu yang sudah agak tua, maka keadaanku begitu jua. Adapun tentang keluargamu, maka keluargamu adalah keluargaku.”

Ummi Salamah berkata: “ Saya pun menyerah kepada kehendak baginda.”

Maka Rasulullah pun mengahwini Ummi Salamah. Setelah itu Ummi Salamah berkata: “Benarlah apa yang di janjikan oleh Allah SWT itu. Dia telah memberikan ganti untukku dengan yang lebih baik dari Abu Salamah.”

Dari cerita itu tadi, dapatlah kita simpulkan bahawa di sebalik dugaan itu terselit hikmah dan rahsia Allah yang tidak kita ketahui. Itulah yang di katakan qada’ dan qadar yang telah Allah tetapkan untuk kita.

Apa yang kita dapat belajar dari cerita itu juga adalah, mintalah doa pada Allah, yakinlah pada janji Allah, bersabarlah dengan ujian sementara. Insyaallah, bukan Allah tidak tahu hati hambaNya yang sabar dan yakin denganNya.

Allah telah membenarkan kalimahnya, fa inna ma’al ‘usri yusra, inna ma’al ‘usri yusra.( maka sesungguhnya selepas kesusahan, datangnya kesenangan.dan sesungguhnya selepas kesusahan datangnya kesenangan) 2 kali Allah sebut dalam surah al-Insyirah. Selepas di ujinya kamu, kemudian kamu bersabar dan meminta kepadaNya, kemudian Allah akan ganjarkan dengan berita gembira kepada mereka yang sabar dengan ujianNya.

BILA DIA MENGUJIMU, ITU BERMAKNA DIA SEMAKIN MENYAYANGIMU

Tuhan sedang mendekatimu,
Dan menuntut hati dan jiwamu,
Untuk digantikan dengan syurga abadi,
jika engkau yakin dan sabar.
Tuhan datang dan dibawakan buatmu,
Ujian demi ujian supaya kau tak pernah lupa,
Bahawa adanya Dia,
Yang mencipta segala sesuatu,
Dialah juga yang menulis taqdirmu,
Dialah yang memilih jalanmu dijadikan berliku,
Adakah dengan sengaja?
Tidaklah Dia jadikan sesuatu dengan sia-sia,
Itu janjiNya, percayalah dengan sepenuhnya,
Kerana dia menjawap doa hambaNya,
Dengan tiga cara;
dikatakanNya ya dan berikan apa yang kau mahu,
dikatakanNya tidak dan berikan apa yang lebih baik,
dan dikatakanNya tunggu untuk berikan apa yang terbaik dengan masaNya,
bila engkau diuji, yakinlah;
bahawa Dia sebenarnya semakin menyayangi kamu,
dan Dia juga mendengar keluhan rasa di hatimu,
akan tiba suatu masa, bila janji Allah yang benar,
menyelimuti kamu dengan tenang keimanan,
rasailah hadirNya di setiap sunyi mu,
kerana Dia sendiri yang inginkan begitu,
supaya kamu akan berbicara dan meminta,
dengan hatimu yang lunak dengan redha,
dan percayalah,
Tuhan sedia bersamamu.

Monday, July 12, 2010

Malaysia mudah amal dasar Islam jika Pas, UMNO bersatu


Oleh MOHD. ZUHARMAN MOHAMMAD NOR

utusankelantan@utusan.com.my

KOTA BHARU 11 Julai – Hasrat untuk menjadikan Malaysia sebuah negara yang mengamalkan dasar Islam akan menjadi kenyataan sekiranya Pas dan UMNO bersatu dan bekerjasama.

Panel Pemikir Jabatan Hal Ehwal Khas (Jasa), Lokman Nor Adam berkata, hasrat itu menjadi lebih mudah jika Pas bekerjasama dengan UMNO berbanding dengan DAP dan Parti Keadilan Rakyat (PKR).

Beliau berkata, kedua-dua parti pembangkang itu jelas mempunyai perjuangan yang berbeza iaitu DAP menolak Islam manakala PKR pula adalah parti yang memperjuangkan kepentingan peribadi pemimpinnya.

“Jika UMNO dan Pas bekerjasama banyak perkara boleh dilaksanakan termasuk hukum hudud berbanding tindakannya bekerjasama dengan DAP dan PKR yang ternyata mempunyai dasar dan matlamat perjuangan yang berbeza,” katanya.

Beliau berkata demikian pada Wacana Perdana bertajuk Bolehkah Melayu Bersatu? di Dewan Balai Islam Lundang di sini malam tadi.

Ahli panel lain ialah bekas Mufti Perlis, Dr. Mohd. Asri Zainal Abidin; Ahli Parlimen Parit Buntar, Dr. Mujahid Yusoff Rawa dan Pengerusi Biro Agama Badan Perhubungan UMNO Kelantan, Mohd. Affandi Yusoff.

Pensyarah Sains Politik Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Profesor Madya Dr. Mohammad Agus Yusoff bertindak sebagai moderator wacana itu yang dihadiri oleh kira-kira 3,000 orang.

Lokman yang juga bekas ahli PKR berpendapat, Pas tidak mungkin dapat menubuhkan negara Islam seperti diharapkan kerana tidak mempunyai kuasa dua pertiga di Parlimen kecuali bersatu dengan UMNO yang mempunyai suara majoriti orang Melayu dan Islam.

“Tiada sebab Pas tidak menyahut salam UMNO untuk berbaik-baik dan melupakan sejarah hitam menyebabkan kedua-dua parti itu berpecah daripada gabungan dalam Barisan Nasional (BN) pada 1977,” katanya.

Sementara itu, Mohd. Asri berpendapat, bersatu untuk menyokong sesebuah parti politik tidak membawa makna kecuali ia berasaskan visi perjuangan Islam tulen.

“Semangat perpaduan dan bersatu dalam konteks bangsa sahaja tidak menjamin perpaduan sebenar.

“Buktinya dapat dilihat apabila masih ramai umat Islam di dunia yang berpecah-belah dan tidak bersatu kerana tidak meletakkan asas perpaduan Islam,” katanya.

Bercakap pada sidang akhbar selepas itu, Mohd. Asri tidak menafikan bahawa Pas dan UMNO adalah parti Islam dan akidah mereka adalah akidah Islam.

“Kalau ada pun individu itu dan ini, itu adalah masalah individu bukan masalah dasar.

“Pada asasnya kedua-dua parti ini menerima al-Quran dan Sunnah sebagai rujukan. Pada umumnya menerima, cuma interpretasinya kadang-kadang berubah,” katanya.

Tambah Mohd. Asri, yang menjadi pertikaian rakyat ialah masalah akhlak dan cara membuktikan penerimaan itu.

“Pada cakap mulutnya semua orang cakap dia terima al-Quran dan Sunnah, tapi yang orang pertikaikan ialah bagaimana ia dilaksanakan,” ujarnya.

Wednesday, June 16, 2010

SISTEM PENDIDIKAN MALAYSIA

Ustaz Dr. Ridhuan Tee Abdullah .

Pendidikan adalah merupakan salah satu elemen penting dalam pembentukan sebuah negara bangsa. Bentuk pendidikan yang lahir akan menentukan sama ada agenda nasional dapat dicapai atau tidak. Jika sistem pendidikan berbentuk perkauman, maka perkaumanlah penyudahnya.


Setakat ini, hanya Malaysia adalah satu-satunya negara di dunia ini yang mempunyai pendidikan pelbagai mengikut kaum atau vernakular. Inilah yang selalu dicanangkan oleh golongan tertentu sebagai salah satu kekuatan Malaysia. Ya, dari satu sudut ia memang satu kekuatan. Tetapi dari sudut yang lain, kita lihat bila ada ura-ura kerajaan untuk menyeragamkan sistem pendidikan berasaskan konsep 1Malaysia, tanpa menafikan hak-hak kaum lain mendapat pendidikan ibunda mereka, serta-merta golongan ini akan membuat laporan polis dan menuduh kerajaan yang bukan-bukan.

Saya amat menyanjungi sikap bumiputera Sabah dan Sarawak selaku pribumi, kerana mereka tidak menuntut sekolah berasaskan kaum. Jika tidak, saya tidak tahu ke manakah hala tuju pendidikan negara?

Ini tolak ansur yang mesti dihargai. Orang Melayu dan bumiputera tidak ada sekolah mereka sendiri. Yang ada ialah sekolah kebangsaan untuk semua. Sistem inilah yang dipraktikkan di seantero dunia. Jika adapun sistem pendidikan perkauman, ia telah lama dihapuskan. Semua bentuk pendidikan diseragamkan demi mencapai matlamat nasional. Contohnya, Thailand, Indonesia dan negara-negara maju yang lain.

Kita perlu berfikir jauh ke hadapan walaupun pahit untuk diterima. Setelah 52 tahun merdeka, sistem pendidikan kita masih belum merdeka dan terbelenggu. Setiap kaum masih leka dalam kepompong sistem pendidikan masing-masing. Orang Melayu masih percaya kepada sistem pendidikan kebangsaan untuk semua, tetapi tetap dengan sistem perkauman, India dengan cara India dan Cina dengan cara Cina. Kehidupan kita sebenarnya semakin jauh dan terasing.

Sebagai permulaan, biarlah saya mulakan dengan kajian yang telah saya lakukan terhadap sistem pendidikan Cina khususnya, selaku majoriti kedua terbesar. Secara umumnya, orang Cina terbahagi kepada dua kumpulan. Satu kumpulan dikenali sebagai Hua Ch'iao (orang Cina seberang laut) yang masih berwarga negara China. Satu lagi ialah Ma Hua, menganggap diri mereka sebagai Malayan Chinese, kebanyakan lahir di Tanah Melayu menganggap Tanah Melayu adalah negara mereka.

Wang Gungwu (1970), membahagikan orang Cina Malaysia kepada tiga kumpulan iaitu A, B dan C. Kumpulan A boleh dikategorikan dalam kumpulan minoriti berbanding dengan kumpulan lain. Mereka masih mengekalkan hubungan dengan politik di China, sama ada secara langsung atau tidak, serta masih mengambil berat akan masa depan negara China. Kumpulan ini tidak sedominan kumpulan B dan C.

Kumpulan B pula terdiri dari kalangan yang keras kepala. Majoriti bersikap realistik dan yang secara tidak langsung mengambil berat soal politik perniagaan dan pertubuhan komuniti. Kebanyakan mereka amat aktif dalam pertubuhan-pertubuhan bukan kerajaan (NGO).

Pengaruh mereka amat mendalam dalam komuniti masyarakat Cina, malahan kerap memberikan tekanan kepada kerajaan. Inilah kumpulan ultra kiasu yang selalu saya sebut. Kumpulan ini berada dalam pertubuhan pendidikan (NGO), politik dan persuratkhabaran.

Kumpulan C pula, mereka menunjukkan minat yang mendalam serta aktif dalam politik negara. Wang Gungwu yang meletakkan mereka dalam kategori orang yang tidak pasti tentang identiti mereka sendiri tetapi secara umumnya mempunyai ketaatan kepada negara.

Pendapat Gungwu turut dikongsi oleh Rita Sim dan F.K. Soong, daripada Institute of Strategic Analysis and Policy Research (INSAP). Menurut mereka, terdapat dua jenis kumpulan Cina daripada keseluruhan berjumlah 6.5 juta.

Kumpulan pertama, mewakili 85-90 peratus orang Cina, berlatar belakangkan perkauman Cina, berpegang kepada tiga rukun, menyertai pertubuhan-pertubuhan Cina, bersekolah Cina dan membaca/mendengar/menonton media Cina. Manakala, selebihnya mewakili kumpulan kedua 10-15 peratus, adalah English- speaking group atau kumpulan yang mendapat pendidikan Inggeris, yang tidak mendapat pendidikan Cina. Kebanyakan mereka ada yang beragama Kristian, Cina Peranakan dan menyertai kelab Lions dan Rotary.

Pengkategorian ini sudah cukup untuk membuktikan kajian Yew Yeok Kim (1973, 1982) dan Leo Suryadinata (1989) mengenai sikap mereka yang mendapat pendidikan Cina dan bukan aliran Cina. Pelajar Cina yang mendapat pendidikan Inggeris (termasuk pendidikan kebangsaan) kurang identiti kecinaannya, lebih mudah bergaul dengan kaum lain dan memudahkan proses integrasi nasional. Manakala, mereka yang mendapat pendidikan sekolah Cina adalah bersikap sebaliknya.

Semua bukti ini jelas menunjukkan kedudukan dan polarisasi masyarakat di negara kita akibat sistem pendidikan yang wujud sekian lama. Sistem ini yang telah mewarnai kehidupan kita hari ini. Akibatnya, lahirlah golongan yang meletakkan kepentingan kaum di hadapan berbanding kepentingan nasional. Bahasa kaum sendiri lebih didaulatkan berbanding bahasa kebangsaan.

Kita ambil contoh kedudukan bahasa Melayu di sekolah jenis kebangsaan. Bahasa Melayu hanya diajar tiga kali seminggu berbanding dengan bahasa Cina yang diajar setiap hari. Ini tidak termasuk matapelajaran lain seperti Matematik, Sains, Kemahiran Hidup, Pendidikan Moral, Sivik dan Kajian Tempatan yang turut diajar dalam bahasa yang sama. Saya ingin mencadangkan Kementerian Pelajaran menambahkan waktu pembelajaran matapelajaran bahasa Melayu, sekurang-kurang sama waktunya dengan mata pelajaran bahasa Cina. Jika tidak, kedudukan bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan tidak ada ertinya.

Saya berkongsi pandangan ini kerana saya mempunyai pengalaman yang agak luas berinteraksi dengan sekolah Cina. Boleh dikatakan kesemua anak saya mendapat pendidikan rendah di sekolah Cina. Secara kebetulan, saya juga adalah Yang Dipertua, Persatuan Ibubapa dan guru (PIBG), di salah sebuah sekolah menengah yang majoriti pelajar-pelajar Cina yang datang dari sekolah rendah Cina (SJKC). Keadaan ini menjadikan saya lebih faham mengenai masalah bangsa saya sendiri, terutama dalam soal penguasaan bahasa Melayu dan pendidikan ibunda.

Melalui pengalaman dan pemerhatian, secara umumnya, tahap penguasaan bahasa Melayu di kalangan pelajar-pelajar Cina adalah rendah. Dengan sebab itu, kelas peralihan terpaksa diwujudkan apabila mereka melanjutkan pelajaran ke peringkat menengah. Bagi mereka yang berada di kelas bukan peralihan pun, itu bukan bermakna penguasaan bahasa Melayunya baik. Bahasa Melayu lebih sekadar hafalan untuk menghadapi peperiksaan berbanding bagi tujuan interaksi dan pemahaman sebagai bahasa kebangsaan. Inilah dilema sistem pendidikan kebangsaan hari ini.

Kadangkala saya amat hairan kenapa setiap kali kerajaan cuba untuk menyeragamkan sistem pendidikan tanpa menafikan hak setiap kaum terhadap pendidikan mereka, mendapat tentangan yang begitu hebat. Mereka mempunyai prasangka bahawa ia adalah agenda kerajaan untuk menghapuskan sekolah Cina secara terancang. Inilah bentuk pemikiran yang telah bertapak setelah 52 tahun kita merdeka.

Kini, kedudukan pendidikan Cina tidak pernah tergugat, malah semakin kuat, termasuk kedudukan kewangannya. Di SJKC tempat anak saya belajar, penyata kewangan berakhir setiap tahun melebihi RM1 juta. Ini menunjukkan bahawa sokongan yang ditunjukkan oleh orang Cina terhadap pendidikan mereka semakin padu dan jitu. Manakala pendidikan kebangsaan semakin tergugat dan terhakis. Walaupun pelbagai usaha cuba dilakukan oleh kerajaan untuk mengadakan sistem satu sekolah dengan tidak mengenepikan hak kaum lain untuk mempelajari bahasa ibunda, namun ia tetap ditolak.

Pada hemat saya, jika inilah bentuk pendidikan yang lahir, kita masih belum merdeka dalam erti kata yang sebenar. Pemikiran kita masih dibelenggu dengan pemikiran perkauman. Selamat Menyambut Hari Kemerdekaan ke-52.

Dr. Mohd Ridhuan Tee Abdullah ialah Pensyarah Kanan, Universiti
Pertahanan Nasional Malaysia
30 August 2009 at 05:06
Mertabatkan Bahasa Malaysia Dahulu

Oleh ASLIZA MUSA

pengarang@utusan.com.my

KUALA LUMPUR 15 Jun - Semua kaum di negara ini perlu memartabatkan penggunaan bahasa Melayu di samping memperkasakan bahasa Inggeris sebelum mempelajari bahasa ibunda lain seperti Tamil dan Mandarin.

Ketua II Gabungan Persatuan Penulis Nasional (Gapena), Profesor Datuk Dr. Abdul Latiff Abu Bakar berkata, sekiranya kerajaan mahu mewajibkan pengajaran bahasa-bahasa ibunda tersebut, ia perlu dilakukan secara berperingkat-peringkat bermula di sekolah rendah.

"Kita tidak boleh paksa murid-murid belajar bahasa-bahasa tersebut kerana ia agak menyukarkan," katanya ketika dihubungi di sini hari ini.

Kelmarin, Timbalan Perdana Menteri, Tan Sri Muhyiddin Yassin mengumumkan kerajaan akan mewajibkan penyediaan guru-guru Bahasa Mandarin dan Tamil di semua sekolah kebangsaan supaya pengajaran dan pembelajaran kedua-dua bahasa itu dapat dilaksanakan sepenuhnya di negara ini.

Menurut Abdul Latiff, langkah kerajaan itu sebenarnya merupakan strategi untuk menarik kaum lain menghantar anak mereka bersekolah di sekolah kebangsaan.

Namun, jelasnya, untuk mewajibkan pengajaran kedua-dua bahasa tersebut kepada pelajar, ia sedikit menyukarkan kerana secara tidak langsung akan membebankan mereka apabila terpaksa belajar banyak bahasa dalam satu masa.

Katanya, cadangan itu akan lebih berkesan sekiranya kedua-dua bahasa tersebut diwajibkan kepada murid-murid India dan Cina di sekolah kebangsaan manakala pelajar Melayu diberi pilihan belajar Bahasa Arab.

Selain itu, katanya, sekiranya cadangan itu diteruskan, ia perlu melibatkan murid di sekolah rendah terlebih dahulu manakala pilihan pula diberi kepada pelajar sekolah menengah.

Presiden Kesatuan Perkhidmatan Perguruan Kebangsaan (NUTP), Hashim Adnan pula berpendapat, cadangan itu perlu dilakukan secara berperingkat-peringkat dengan menyediakan prasarana yang mencukupi terlebih dahulu.

Katanya, sekiranya cadangan itu mahu dilaksanakan dalam waktu terdekat, ia memerlukan satu tempoh percubaan untuk menilai kesan dan kelemahan pelaksanaannya.

"Cadangan ini tidak boleh dilakukan secara sambil lewa kerana ia melibatkan bahasa.

"Kementerian perlu berunding dengan pihak-pihak yang terlibat terlebih dahulu untuk mengenal pasti kekurangan dan kelemahannya," katanya.

Presiden Persatuan Kebangsaan Pelajar Islam Malaysia (PKPIM), Muhammad Faisal Abdul Aziz pula berkata, cadangan itu terlalu awal untuk dilaksanakan kerana penguasaan bahasa Melayu di kalangan pelajar masih berada di peringkat tidak memuaskan.

Presiden Majlis Pemuafakatan Persatuan Ibu Bapa dan Guru Nasional (PIBGN), Profesor Madya Datuk Dr. Mohamad Ali Hassan pula berpendapat, langkah itu tidak akan membelakangkan bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan.

"Langkah ini membolehkan setiap kaum mempelajari bahasa ibunda masing-masing dan ia tidak akan mengganggu proses untuk memartabatkan bahasa Melayu dan memperkukuhkan bahasa Inggeris di kalangan masyarakat," katanya.