Tuesday, September 27, 2011

Bahasa Melayu jadi kekuatan ASEAN

Bahasa Melayu jadi Kekuatan ASEAN

Menteri Penerangan Malaysia bakal ke Sumbar

Padang Ekspres • Sabtu, 17/09/2011 12:04 WIB • (img/rpg)
Kuala Lumpur, Padek—Keseharian masyarakat dewasa ini yang cenderung menggunakan bahasa Inggris dalam berkomunikasi sehari-hari, bakal berdampak pada tergerusnya bahasa ibu yang menjadi jati diri bangsa. Kondisi tersebut tidak lepas dari pengaruh globalisasi dan gaya hidup hedonisme. Untuk menyelamatkan itu, negara serumpun Indonesia dan Malaysia saat ini terus berupaya, membumikan kembali bahasa Melayu, sebagai bahasa ASEAN. Menjadi alah satu kekuatan pemersatu bangsa di ASEAN, terutama yang menjadi rumpun Melayu.

”Kita harus bangga dengan bahasa Indonesia, bahasa Melayu. Saya ingin bahasa Indonesia dan bahasa Melayu dipertahankan menjadi bahasa ilmu,” ujar Menteri Penerangan, Komunikasi, dan Kebudayaan Malaysia Dato Seri Utama Dr Rais Yatim di sela-sela perayaan Hari Kemerdekaan dan Hari Malaysia, Jumat (16/9).

Menteri yang keluarganya berasal dari Palupuah, Agam itu menambahkan, jati diri bangsa tercermin dari bahasanya.

Bahasa Melayu yang dituturkan tidak kurang dari 300 juta masyarakat itu, mesti terus dipupuk dan dipertahankan. ”Jadi, kenapa kita tidak memakainya? Mengapa kita lebih bangga memakai bahasa Inggris?” kata Rais Yatim.

Dalam kesempatan wawancara dengan koran ini, menteri yang pernah mengajar bahasa Melayu di Universitas Chicago, Amerika Serikat itu juga mengimbau agar masyarakat mengenyampingkan isu-isu kecil yang bisa berujung pada terpecahnya persaudaraan bangsa Indonesia dan Malaysia.

Kementerian yang dipimpinnya, ke depan akan menjalin kerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi Indonesia. Membuat berbagai program budaya yang bisa mempererat hubungan kedua negara yang pernah memanas karena persoalan kedaulatan negara dan TKI. ”Hubungan Malaysia dan Indonesia akan lebih erat sebagai satu kumpulan masyarakat besar yang akan disatukan dengan satu bahasa,” ujar Rais Yatim.

Sumbar Harus Maju

Pada bagian lain, Rais Yatim juga sempat menyinggung kentalnya hubungan emosional antara Sumatera Barat dan Negeri Sembilan, Malaysia. Ini terlihat jelas dari hubungan kenegaraan, kebudayaan, agama dan sejarah.

Negeri Sembilan, kata Rais Yatim, bertuan ke Minangkabau. Dalam silsilahnya, Raja Malewar yang pernah memerintah di Negeri Sembilan antara tahun 1773–1795 berasal dari Minangkabau. Datuk Perpatih nan Sebatang dulunya juga pernah singgah di Negeri Sembilan.

Masih banyak adat istiadat Minangkabau yang masih terjaga sampai sekarang dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, khususnya di Sungai Pucuk, Lembau dan Johor. Kesamaan tersebut juga terlihat dari komunikasi masyarakat Negeri Sembilan yang bahasanya sama dengan bahasa Minang. ”Sumbar dan Negeri Sembilan Malaysia punya hubungan yang mengikat dan tak bisa terpisahkan,” katanya.

Eratnya hubungan tersebut juga tergambar dengan rencana kunjungan Rais Yatim ke Padang dan Bukittinggi pada 23 September mendatang. Dalam kunjungan itu, juga hadir Menkominfo Tifatul Sembiring. Untuk menjalin kerja sama dan silaturahmi yang lebih mendalam.

”Kita akan mencari jalan bagaimana perjuangan kita dari segi budaya, sejarah bisa dipersatukan, termasuk dalam mengembangkan segenap potensi yang dimiliki Sumatera Barat, seperti produk-produk seni yang banyak diminati di Malaysia,” ujar Rais Yatim.

Dalam kesempatan lawatannya ke Sumatera Barat, Rais Yatim juga akan menyempatkan diri berziarah ke makan leluhurnya. Prosesi ini juga akan melibatkan pucuk pimpinan adat di Sumbar. (img/rpg)

[ Red/Redaksi_ILS ]